kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.482.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.490   -65,00   -0,42%
  • IDX 7.496   -47,74   -0,63%
  • KOMPAS100 1.161   -10,37   -0,89%
  • LQ45 930   -7,66   -0,82%
  • ISSI 225   -1,75   -0,77%
  • IDX30 479   -4,07   -0,84%
  • IDXHIDIV20 576   -4,59   -0,79%
  • IDX80 132   -1,10   -0,82%
  • IDXV30 142   -0,97   -0,68%
  • IDXQ30 160   -1,14   -0,70%

Obat dan Alkes Lebih Mahal dari Negara Tetangga, Begini Kata Apski


Senin, 08 Juli 2024 / 15:49 WIB
Obat dan Alkes Lebih Mahal dari Negara Tetangga, Begini Kata Apski
ILUSTRASI. Ilustrasi. Ketua Umum APSKI, Decky Yao mengatakan mahalnya harga obat dan alkes di Tanah Air menambah beban masyarakat.


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta adanya kebijakan penurunan harga alat kesehatan (alkes) dan obat-obatan yang dinilai mahal bahkan dari negara tetangga Malaysia.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Suplemen Kesehatan Indonesia (APSKI) Decky Yao mengatakan mahalnya harga obat dan alkes di Tanah Air ketimbang negara tetangga menambah beban bagi masyarakat.

Belum lagi, kata dia, masyarakat masih merasakan kurangnya sistem pelayanan rumah sakit dan waktu terbatasnya konsultasi pasien ke dokter serta edukasi dokter ke pasien.

Baca Juga: Harga Alat Kesehatan Mahal, Aspaki Minta Insentif ke Pemerintah

“Ini menyebabkan pasien yang mampu secara ekonomi, lebih memilih berobat di luar negeri,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (8/7).

Decky mengungkapkan, demi mengentaskan masalah ini terdapat beberapa hal yang menjadi rujukan pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan terhadap alkes dan obat-obatan.

Pertama, melakukan diskusi dan mencari solusi bersama industri dalam negeri melalui asosiasi terkait, kendala apa yang dihadapi untuk menurunkan harga obat dan alkes.

Kedua, butuh keringanan dan insentif pajak bagi Industri dalam negeri yang mampu memproduksi bahan baku, baik kebutuhan dalam negeri, maupun ekspor sehingga harga bahan baku lebih kompetitif,” ungkap dia.

Ketiga, memberikan edukasi, bimbingan serta arahan dari BPOM terkait kemudahan dalam regulasi yang mempercepat proses registrasi produksi dalam negeri. Tentunya, kata Decky, dengan keamanan dan kualitas produk yang tetap terjaga untuk kesehatan masyarakat.

Keempat, mencanangkan program-program pencegahan penyakit dengan edukasi soal pentingnya makan makanan bergizi, olahraga rutin dan mengkonsumsi suplemen kesehatan.

“Industri tidak bisa berjalan sendiri dan akan kalah bersaing terutama dengan produk dari China dan India, jika pemerintah tidak turut ikut campur mendukung program-program kebijakan yang pro industri dalam negeri,” pungkasnya.

Baca Juga: Medikaloka Hermina (HEAL) Sebut Efisiensi Harga Obat & Alkes Menjadi Tantantang Baru

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×