Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus pada awal tahun 2022. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca perdagangan pada Januari 2022 mencapai USUS$ 930 juta.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan, surplus neraca perdagangan pada awal tahun ini menambah deretan surplus neraca perdagangan dalam dua tahun terakhir.
“Kalau dilihat dari data, surplus pada Januari 2022 ini merupakan surplus selama 21 bulan berturut-turut,” kata Setianto via video konferensi, Selasa (15/2)
Dia menambahkan, surplus neraca perdagangan ini disebabkan oleh nilai ekspor yang lebih tinggi daripada nilai impor. Nilai ekspor pada bulan Januari 2022 tercatat US$ 19,16 miliar dan nilai impor hanya US$ 18,23 miliar.
Kemudian, bila dilihat dari negara mitra dagang Indonesia, ada beberapa negara yang menjadi penyumbang surplus terbesar dalam neraca perdagangan.
Baca Juga: Jadi US$ 19,16 Miliar, Ekspor Indonesia di Januari 2022 Turun 14,29% MoM
Pertama, negara Amerika Serikat (AS), di mana Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan sebesar US$ 19,6 miliar.
Surplus neraca perdagangan dengan Negeri Paman Sam terutama disumbang oleh komoditas pakaian dan aksesoris rajutan (HS 61) serta pakaian dan aksesoris bukan rajutan (HS 62).
Kedua, Filipina. Indonesia sukses membukukan surplus sebesar US$ 537,8 juta, terutama komoditas kendaraan dan bagiannya (HS 87) dan bahan bakar mineral (HS 27).
Ketiga, dengan negara India surplus US$ 428,8 juta dengan komoditas lemak dan minyak hewan nabati (HS 15) serta biji logam, perak, dan abu (HS 26).
Sebaliknya, Indonesia juga mencatat defisit terhadap beberapa mitra dagang. Seperti China, dengan defisit sebesar US$ 2,23 miliar.
Baca Juga: Nilai Impor Indonesia di Januari 2022 susut 14,62% MoM
Defisit dengan Negeri Tirai Bambu ini didorong oleh komoditas mesin dan peralatan mekanis dan bagiannya (HS 82) dan perlengkapan elektrik dan bagiannya (HS 85).
Kemudian dengan Thailand Indonesia mencatat defisit US$ 430,2 juta dengan komoditas terbesar adalah barang dari plastik serta komoditas gula dan kembang gula (HS 11).
Dengan negara Australia, Indonesia mencatat defisit perdagangan sebesar US$ 233,6 juta dengan komoditas Serealia (HS 10) dan bahan bakar mineral (HS 27).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News