kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Neraca dagang membaik, CAD kuartal I-2019 diprediksi 2,5% dari PDB


Selasa, 16 April 2019 / 15:11 WIB
Neraca dagang membaik, CAD kuartal I-2019 diprediksi 2,5% dari PDB


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua kali mencetak surplus yakni pada Februari dan Maret 2019, kondisi neraca dagang membaik pada kuartal I-2019. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit kumulatif Januari-Maret 2019 atau kuartal I-2019 cukup tipis yakni US$ 193 juta.

Berdasarkan analisis dua ekonom yang dihubungi Kontan.co.id, kondisi ini akan sedikit memperbaiki defisit transaksi berjalan alias current account deficit (CAD) setelah terus melebar di setiap triwulan pada tahun 2018.

"Kalau neraca perdagangan kita defisit, semakin besar CAD kita," jelas Ekonom Center of Reform on Economics Piter Abdullah saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (16/4).

Piter memprediksi CAD kuartal I-2019 berkisar US$ 6 miliar-US$ 8 miliar atau 2,5%-2,6% dari produk domestik bruto (PDB). 

Begitu juga dengan ekonom Universitas Indonesia (UI) Ari Kuncoro yang memprediksi CAD sekitar 2,5% dari PDB.

Kondisi tersebut membaik apabila dibandingkan dengan CAD kuartal IV-2018 yang mencapai 3,57% dari PDB, meskipun memburuk bila dibandingkan CAD kuartal I-2018 yang mencapai 2,07% dari PDB.

Namun, bila melihat kondisi sepanjang 2018, CAD terus melebar. Secara berturut-turut CAD kuartal I-2018 hingga kuartal IV-2018 adalah 2,07%, 3,01%, 3,28% dam 3,57% dari PDB. Maka kondisi CAD kuartal I-2019 dapat dikatakan membaik.

"Memang jangan dibandingkan dengan triwulan I-2018, sebaiknya melihat perkembangan kuartal ke kuartal," jelas Piter.

Sejalan dengan kondisi neraca transaksi berjalan, jelas Piter, kondisi neraca dagang Indonesia sepanjang 2018 sangat buruk terutama karena pertumbuhan impor sangat besar sementara ekspor melambat yang diakibatkan harga komoditas andalan melemah.

Sedangkan pada tahun ini dia meyakini neraca dagang akan terus mengalami perbaikan. "Pertumbuhan impor akan melambat di tengah sedikit membaiknya ekspor khususnya ekspor non-migas," jelas dia.

Perlambatan impor sepanjang tahun ini utamanya karena perlambatan impor barang modal dan bahan baku, setelah pada tahun 2018 tumbuh sangat tinggi. 

Menguatkan pernyataan tersebut, bulan lalu (27/3) Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara juga sempat menyatakan nilai impor barang modal terkait infrastruktur sepanjang 2018 mencapai US$ 6 miliar. Sehingga tanpa impor tersebut, CAD sepanjang 2018 bisa hanya 2,5% dari PDB.

Perbaikan kondisi neraca dagang yang mendukung perbaikan CAD juga dijelaskan oleh Ari Kuncoro. Perbaikan tersebut didorong oleh meningkatnya ekspor pertanian, industri pengolahan dan pertambangan. BPS mencatat sektor tersebut masing-masing tumbuh 15,91% secara bulanan, 9,48% secara bulanan, dan 31,08%.

"Kalau yang komoditi meningkat belum tentu bagus. Tetapi yang lain ketiganya naik jadi ada peluang April 2019 surplus lagi," jelas Ari.

Perbaikan tersebut akan lebih terakselerasi apabila perjanjian damai antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok segera terealisasi. Sebab, jelas Ari, perdagangan dunia menerapkan konsep forward looking expectation. Sehingga apabila ada gejala positif maka pasar merespon dengan cepat sehingga terlihat dari pergerakan neraca dagang yang mengalami surplus.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator (Kemko) Ekonomi Iskandar Simorangkir juga melihat kinerja neraca dagang mengalami perbaikan. Ke depan fokus pemerintah meningkatkan ekspor ke negara-negara non tradisional dan simplifikasi prosedur ekspor dalam jangka pendek. "Serta picking the winner barang-barang ekspor yang mempunyai keunggulan komparatif," jelas dia

Antara lain sektor industri 4.0 terdiri dari industri otomotif, makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, elektronik, dan kimia. Selanjutnya industri perikanan segar dan olahan, permesinan umum, furnitur, produk kayu dan kertas, peralatan kesehatan dan industri sepeda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×