Reporter: Dwi Nur Oktaviani | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Sebagian orang menganggap upaya penggalangan koin untuk Presiden SBY yang sempat ramai beberapa hari ini dianggap penghinaan. Tapi untuk para anggota dewan yang menjalankannya penggalangan koin itu merupakan hal yang sah-sah saja. Menurut Anggota Komisi III Nasir Jamil di sela-sela rapat Paripurna Selasa (25/1) perilaku itu hanya ungkapan saja. “Wajar jika ada anggota DPR yang melakukan ini sebagai bentuk keprihatinan. Apalagi seperti kita ketahui lembaga kepresidenan bukanlah lembaga yang sakral,” paparnya.
Menurut Nasir lembaga kepresidenan itu harus bisa menerima kritikan oleh masyarakat dan rakyat Indonesia, “Intinya anggota DPR berhak untuk mengkritik presiden. Toh, ini hanya ungkapan empati saja, bahwa ada sesuatu yang kurang dalam diri presiden,” ucap Nasir di Gedung Nusantara III DPR.
Singkat cerita, penggalangan koin itu terjadi setelah rapat komisi III dengan Kapolri, di mana ada beberapa anggota DPR yang bergabung dengan beberapa orang di luar parlemen untuk mengumpulkan koin. Bahkan, Nasir mengakui ada beberapa anggota DPR melakukan galang koin hingga ke rumahnya.
Koin yang terkumpul pun menurut Nasir akan segera diserahkan. “Kalau koin sudah penuh maka akan diserahkan, kan mubazir jika itu hanya didiamkan saja. Saya tegaskan lagi bahwa ini sebetulnya hanya simpati dan empati dari anggota DPR dan beberapa orang di luar parlemen,” tambahnya.
Apakah koin itu betul akan diberikan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono? “Ya, tidak tentu juga. Ini sebagai simbol saja, rasa empati dan simpati kami menanggapi pernyataan presiden soal gaji. Kalau seandainya kami anggota DPR menyerahkan ke presiden itu namanya ulo-ulo (simbol mengejek),” tambah Politisi PKS itu.
Tapi Nasir tidak mengakui yang benar-benar menjadi inisiator dalam penggalangan koin untuk presiden. “Tidak ada inisiator, kami hanya sedang kumpul dan membahas pernyataan presiden. Saat itu ada saya, Bambang, Demond, Sudding, dan Edi Raamli. Tiba-tiba ada orang yang datang dan bilang tolong ini bisa dibantu,” tutur Nasir. Lalu mereka dikabari ada gerakan di luar parlemen yang sedang mengumpulkan koin untuk presiden, maka mereka pun ke luar dan melihat sudah ada kotak untuk presiden. “Saya juga tidak tahu siapa yang naruh kotak itu. Ini masih misterius,” imbuhnya.
Maka mulailah mereka melakukan penggalangan koin untuk presiden, tapi ada juga beberapa anggota komisi yang enggan memasukkan koin dengan alasan takut ketahuan ketua partainya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News