Reporter: Harris Hadinata | Editor: Harris Hadinata
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Moody’s Ratings menetapkan peringkat Baa2 untuk sukuk berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia melalui Perusahaan Penerbit SBSN Indonesia III. Lembaga pemeringkat ini juga memberi outlook stabil.
Peringkat tersebut mencerminkan peringkat penerbit jangka panjang Pemerintah Indonesia, yaitu Baa2, dengan prospek stabil. Moody’s menyebut, peringkat Baa2 Indonesia didukung oleh potensi pertumbuhan ekonomi jangka panjang, yang didukung oleh faktor-faktor struktural seperti sumber daya alam yang melimpah dan demografi yang kuat.
Peringkat tersebut juga didukung pertumbuhan PDB yang stabil dan kuat. “Peringkat ini juga didukung oleh rekam jejak kebijakan fiskal dan moneter yang hati-hati yang telah membangun kredibilitas di bidang disiplin fiskal, kontinuitas kebijakan, dan stabilitas makroekonomi,” papar Martin Petch, VP Senior Credit Officer Moody’s dalam keterangan resmi, Rabu (19/11/2025).
Baca Juga: Moody's Kerek Peringkat dan Prospek Medco Energi (MEDC)
Tapi, Moody’s juga mengingatkan, selain terpapar secara signifikan terhadap risiko iklim fisik, sebagai eksportir utama batubara dan bahan bakar fosil lainnya, serta minyak sawit, Indonesia juga terpapar pada risiko transisi karbon.
Moody’s memberi prospek stabil lantaran menilai Indonesia memiliki risiko yang seimbang. Risiko positif berkaitan dengan upaya berkelanjutan untuk memperluas ukuran dan daya saing sektor manufaktur dan komoditas.
Menurut Moody’s, langkah ini dapat mengarah pada peningkatan pertumbuhan PDB yang material dan berkelanjutan. Dus, hal ini akan mendorong pergerakan lebih cepat menuju tingkat pendapatan yang lebih tinggi daripada yang diasumsikan saat ini.
Baca Juga: Moody's Beri Peringkat Baa2 Untuk Obligasi Berdenominasi Dollar Australia
Sebaliknya, risiko negatif mencakup melemahnya lembaga-lembaga, akibat kurangnya kejelasan dan koordinasi seputar inisiatif kebijakan. Potensi ketidakpastian kebijakan dapat menyebabkan kinerja pertumbuhan yang lebih lemah.
Pasalnya, ketidakpastian kebijakan bisa berefek ke arus investasi asing yang lebih rendah dan memiliki dampak negatif terkait pada metrik fiskal. Selain itu, perluasan basis pajak yang tidak memadai dapat berisiko mengurangi ruang gerak bagi inisiatif kebijakan pemerintah dan untuk menghadapi guncangan ekonomi.
Moody’s memperkirakan pertumbuhan PDB riil Indonesia rata-rata sekitar 4,7% untuk tahun 2025 dan 2026, yang menyeimbangkan konsumsi swasta yang stabil dengan ketidakpastian seputar prospek investasi.
Baca Juga: Moody's Pangkas Peringkat Kredit Bank Tabungan Negara (BTN), Ini Alasannya!
“Volatilitas harga komoditas global dan dampak tidak langsung tarif AS terhadap ekspor menambah risiko penurunan yang ditimbulkan oleh pencairan pemerintah yang lebih lambat pada paruh pertama tahun ini, yang pada gilirannya mendorong perumusan beberapa paket stimulus ekonomi yang diumumkan tahun ini,” tutur Petch.
Moody’s memperkirakan beban utang pemerintah akan tetap stabil di sekitar 40% dari PDB, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. Namun, peringkat Baa2 juga mempertimbangkan tantangan struktural dalam metrik fiskal Indonesia yang lebih luas.
Moody’s menyebut, keterjangkauan utang telah terkendala basis pendapatan yang rendah, meskipun otoritas berfokus pada peningkatan pendapatan dari sistem perpajakan saat ini.
Baca Juga: Pefindo Sematkan Peringkat idAAA untuk Angkasa Pura dengan Prospek Stabil
“Asumsi dasar kami adalah bahwa disiplin fiskal akan dipertahankan, sebagaimana tercermin oleh kepatuhan pemerintah terhadap batas defisit 3% dari PDB, yang mendukung stabilisasi beban utang di sekitar level saat ini,” imbuh Petch.
Proporsi utang pemerintah Indonesia yang relatif besar dalam mata uang asing, yakni sekitar 28% dari total, juga membuat utang Indonesia lebih rentan terhadap fluktuasi nilai tukar dibandingkan dengan negara-negara lain dalam pemeringkatan.
Kendati demikian, peningkatan bertahap dalam penyangga eksternal negara, perluasan perangkat kebijakan, dan pendalaman pasar utang domestik telah memitigasi kerentanan eksternal dan telah menurunkan pangsa utang dalam mata uang asing terhadap total utang pemerintah sejak tahun 2020.
Selanjutnya: Bank Mandiri dan KAI Group Resmikan Implementasi QRIS Tap di Transportasi Publik
Menarik Dibaca: Promo Es Krim Alfamart 16-30 November 2025, Campina Shine Muscat Beli 3 Rp 10.000
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













