Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Lembaga pemeringkat Moody's memproyeksikan rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia akan sebesar 5% pada 2024 hingga 2025. Rata-rata pertumbuhan ekonomi tersebut lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain yang berada pada peringkat Baa yaitu tumbuh pada kisaran 3,0%.
Dalam laporan Moody’s Ratings yang terbit pada Selasa (16/4), disebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut akan ditopang oleh permintaan domestik yang kuat, meskipun kondisi eksternal yang relatif mengalami pelemahan.
Di samping itu, perkiraan pertumbuhan ekonomi yang kuat tersebut terutama didukung oleh keberhasilan berbagai reformasi struktural yang ditempuh pemerintah yang diarahkan untuk perbaikan iklim investasi yang berdampak kepada peningkatan penanaman modal asing, penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan ekspor dan peningkatan penerimaan pemerintah.
Di sektor eksternal, Moody's memandang daya tahan sektor eksternal tetap terjaga, tercermin dari surplus neraca perdagangan yang meningkat. Implementasi kebijakan hilirisasi diyakini menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi kenaikan pangsa ekspor komoditas yang memiliki nilai tambah, sehingga meningkatkan diversifikasi ekspor komoditas dan mengurangi sensitivitas terhadap harga.
Baca Juga: Moody's Pertahankan Peringkat Utang Indonesia di Level Invesment Grade
Perkembangan ini selanjutnya mampu mendorong peningkatan cadangan devisa yang mencapai US$ 140,4 miliar atau setara dengan 6,4 bulan impor pada akhir Maret 2024.
Adapun Moody’s mengarahkan agar pemerintah Indonesia dapat memperluas cakupan sektor industrinya untuk meningkatkan nilai tambah bagi komoditas-komoditas utama khususnya dalam sektor hilirisasi.
“Hal ini paling berhasil dilakukan pada industri nikel, dimana realisasi perdagangan dan investasi telah meningkat secara signifikan,” tulis Moody’s dalam laporannya, Selasa (16/4).
Sebagaimana diketahui, Pemerintah Indonesia juga mempunyai rencana untuk memperluas kebijakan hilirisasi pada bahan mentah lainnya seperti tembaga, bauksit, timah dan komoditas pertanian, dan mengidentifikasi manfaat yang terkait dengan pembangunan regional, investasi asing langsung, penciptaan lapangan kerja, dan pertumbuhan ekspor.
Baca Juga: Moody's Pertahankan Peringkat Utang RI, BI: Berkat Stabilitas Ekonomi Makro Terjaga
Namun, keuntungan yang diperoleh dari penciptaan lapangan kerja dan pembangunan daerah mungkin akan terdilusi ketika mempertimbangkan dampak dari distorsi perdagangan dan pasar, biaya lingkungan dan sosial, serta potensi hilangnya pendapatan fiskal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News