kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,77   -7,53   -0.83%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Moneter mengetat, kebijakan pemerintah akan lebih fleksibel


Senin, 02 Juli 2018 / 20:16 WIB
Moneter mengetat, kebijakan pemerintah akan lebih fleksibel
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah tak bisa berharap banyak pada pertumbuhan ekonomi tahun ini dan tahun depan. Sebab, jika ibaratnya ekonomi adalah kolam yang memiliki dua keran, keran pertama yakni likuiditas dari sisi moneter yang sudah tertutup dengan ketatnya kebijakan moneter Bank Indonesia (BI).

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, untuk merespon keadaan ini, pemerintah akan lebih fleksibel dalam menghadapi suasana global yang bergerak. “Kami mengelola ini bersama BI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan Kemenko Perekonomian, fokus kami adalah confidence dan stabilitas. Bagai gempa, kalau fondasinya fleksibel, dia memang akan goyang tapi fondasinya baik. Jadi, kami ciptakan fleksibilitas,” kata Sri Mulyani di Gedung DPR RI, Senin (2/7).

Ia menjelaskan, yang pertama kali dilakukan pemerintah untuk merespon ini adalah melihat neraca masing-masing entitas yang akan terkena efek dari suku bunga yang naik dan nilai tukar yang melemah. “Atau dari sisi volume, misalnya dagangnya kena tarif, termasuk produk-produk mining kita. Kami lihat neraca-neraca dulu. Neraca BI pemerintah, BUMN, dan neraca rumah tangga. Siapa yang akan tergeser, berapa banyak exposure yang mereka harus kena? Kami lakukan ini dengan intensif,” ucapnya.

Kemudian, yang dilakukan pemerintah adalah merelaksasi kebijakan di sektor riil dan insentif. Ia mengatakan, saat ini Kemkeu melihat kembali apa yang telah dilakukan pada masa krisis 2008-2009 silam terkait relaksasi apa yang bisa dilakukan bagi dunia usaha.

“Sekarang bagaimana mereka bertahan dan optimistis. Kami lihat ini seberapa butuh (relaksasi) karena ini tidak 1 bulan-2 bulan tapi sampai delapan atau sembilan bulan lagi sampai siklus suku bunga di-digest oleh market dengan normal,” jelasnya.

Sri Mulyani menambahkan, pemerintah sejauh ini telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk merelaksasi sektor riil. Sebut saja, tax holiday, penurunan tarif pajak final UKM jadi 0,5%, dan percepatan restitusi. Selain itu, online single submission bakal diluncurkan pekan ini. Bukan itu saja, kebijakan mini tax holiday dan tax allowance juga tengah disiapkan

“Agar pertumbuhan ekonomi tinggi makanya dilakukan kebijakan investasi. Makanya Presiden tetapkan single submission, dan insentif investasi agar masyarakat tetap memiliki confidence,” kata Sri Mulyani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×