kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Meskipun Menang Tender, Pertamina Minta Alpha Lebih dari 8%


Rabu, 24 Desember 2008 / 16:56 WIB


Reporter: Gentur Putro Jati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Sudah dikasih ayam minta kambing. Ilustrasi itu mungkin tepat untuk menggambarkan sikap PT Pertamina (Persero) yang meminta pemerintah menaikkan alpha atau biaya distribusi BBM PSO 2009 dari yang sudah ditetapkan sebesar 8%.

Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Ahmad Faisal mengaku pihaknya memang belum mendapat pemberitahuan resmi dari BPH Migas tentang kemenangan perseroan atas tender distribusi BBM PSO 2009.

Namun, "Kalau itu penugasan yang diberikan Pemerintah, ya kita akan jalankan. Lagian kan Pertamina perusahaan milik negara," kata Faisal, Rabu (24/12).

Namun, meskipun Pertamina mendapat penugasan PSO yang diidamkan lima perusahaan lain yang memperebutkannya, Faisal bilang Pemerintah perlu mempertimbangkan menambah besarnya alpha sebagai biaya distribusi. Pasalnya alpha 8% dari harga MOPS yang diberikan pemerintah sekarang dirasa kurang.

"Dengan harga minyak yang turun sekarang ini, kita minta pemerintah untuk menghitung ulang alphanya kembali karena itu nggak cukup," kata Faisal.

Faisal hanya tidak ingin perusahaan minyak pelat merah itu sampai mengalami kerugian karena alpha yang kurang. Atau tidak bisa membangun infrastruktur distribusi BBM PSO karena alasan yang sama.

Sementara itu, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Departemen ESDM Evita Herawati Legowo mengaku belum pernah mendengar Pertamina berani meminta kenaikan alpha kepada pemerintah. "Ke media mungkin berani, tetapi ke saya tidak pernah tuh," tandas Evita enteng.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×