Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menyiratkan, kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) tak akan menjadi ancaman besar terhadap rupiah dalam jangka pendek ini.
Pasalnya, Gubernur BI Perry Warjiyo melihat kecilnya kemungkinan kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) tersebut pada Juni 2023.
"Untuk Juni 2023 kami perkirakan probabilitas suku bunga acuan The Fed untuk naik tidak terlalu besar," terang Perry di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, pekan ini.
Namun masalahnya, tetap ada kondisi yang akan mempengaruhi pergerakan rupiah. Dalam hal ini, adalah kondisi di sektor keuangan AS.
Baca Juga: Ada Kemungkinan Inflasi Kembali ke Bawah 4% Lebih Cepat dari Perkiraan BI
Ini berkaitan dengan munculnya sejumlah kegagalan bank regional AS dan ketidakpastian solusi penetapan plafon utang di AS.
"Ini yang menimbulkan risiko pasar keuangan global dan nilai tukar dolar AS yang sangat kuat terhadap seluruh mata uang dunia," tambahnya.
Dengan kondisi ini, Perry mengungkapkan akan terus memperkuat kuda-kuda untuk menjaga pergerakan rupiah tetap stabil.
Upaya yang dilakukan adalah dengan triple intervention, yaitu intervensi di pasar spot, DNDF, maupun pasar surat berharga negara (SBN) sekunder.
Baca Juga: Pekan Terakhir Mei 2023, Arus Modal Asing Hengkang Rp 1,74 Triliun
Kemudian, BI juga akan melakukan operasi twist, yaitu dengan menjual SBN tenor jangka pendek untuk menaikkan imbal hasilnya.
Dengan imbal hasil SBN jangka pendek yang naik, diharapkan menjadi pancingan bagi investor untuk masuk ke pasar dalm mendukung nilai tukar rupiah.
"Ketidakpastian ini menjadi perhatian kami untuk terus meningkatkan dan memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah," tandas Perry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News