Reporter: Arif Ferdianto, Ferry Saputra, Vina Destya | Editor: Harris Hadinata
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Buruh perkebunan sawit bisa bergabung dengan BPJS Ketenagakerjaan untuk menyiapkan dana hari tua. Saat ini, masih banyak pekerja di sektor perkebunan sawit yang belum menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.
"Untuk pekerja di sektor perkebunan sawit, berdasarkan data Anggota GAPKI dan Kementerian Pertanian, jumlah pekerja yang terlindungi BPJS Ketenagakerjaan sebanyak 1 juta tenaga kerja," kata Oni Marbun, Deputi Bidang Komunikasi BPJS Ketenagakerjaan, kemarin.
Total iuran pekerja di sektor sawit per semester I-2023 tercatat Rp 331,9 miliar. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat, jumlah penyerapan tenaga kerja bisa mencapai 5 juta orang.
BPJS Ketenagakerjaan cukup aktif menggandeng para pengusaha sawit untuk mendaftarkan pekerjanya menjadi anggota BPJS Ketenagakerjaan. "BPJS Ketenagakerjaan proaktif mendorong seluruh pemberi kerja di sektor perkebunan untuk mendaftarkan seluruh pekerjanya," papar Oni.
BPJS Ketenagakerjaan bahkan menjalin kerjasama dengan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) di berbagai daerah. Tahun 2022 lalu, BPJS Ketenagakerjaan misalnya menjalin kerjasama dengan Apkasindo wilayah Kalimantan Barat.
Baca Juga: UU Anti Deforestasi Berpotensi Hambat Ekspor Kopi RI Sebesar Rp 3,45 Triliun
Perusahaan sawit besar juga sudah mendaftarkan pekerjanya, termasuk buruh, jadi peserta program penunjang kesejahteraan seperti BPJS Kesehatan. Misal di PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO).
“Perseroan mengikutsertakan karyawan dalam program jaminan hari tua dan jaminan pensiun seperti BPJS Ketenagakerjaan,” ujar Head of Investor Relation SGRO Stefanus Darmagiri.
Cuma memang, program tersebut cuma berlaku bagi pekerja yang tercatat sebagai tenaga kerja masing-masing perusahaan.
Untuk petani plasma, SGRO lebih banyak memberi bimbingan dan bantuan teknis untuk program pengelolaan kebun, termasuk soal sertifikasi. “Perseroan juga memberikan harga terbaik bagi tandan buah segar milik petani plasma yang telah tersertifikasi," terang Stefanus.
Melvin Mumpuni, perencana keuangan sekaligus Founder Finansialku menyebut perusahaan perlu mempertimbangkan program pelatihan keuangan bagi pekerjanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News