kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menristek sebut pengembangan vaksin merah putih dari Eijkman dan Unair paling cepat


Selasa, 13 April 2021 / 17:30 WIB
Menristek sebut pengembangan vaksin merah putih dari Eijkman dan Unair paling cepat
ILUSTRASI. Menristek sebut pengembangan vaksin merah putih dari Eijkman dan Unair paling cepat.


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Saat ini  terdapat 6 lembaga penelitian dan perguruan tinggi yang tengah berupaya menghadirkan vaksin Covid-19 bernama vaksin merah putih.

Dari keenam lembaga tersebut,  Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang Brodjonegoro mengatakan, pengembangan vaksin merah putih yang paling cepat berasal dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan Universitas Airlangga (Unair).

"Dari 6 yang sedang bekerja ini, ada 2 yang perkembangannya paling cepat," ujar Bambang dalam Workshop Pengawalan Vaksin Merah Putih, Selasa (13/4).

Bambang pun menjelaskan, vaksin yang dikembangkan Eijkman menggunakan platform protein rekombinan dan PT Biofarma telah siap menjadi pihak manufakturnya. Menurutnya, bibit vaksin yang akan dikembangkan lebih dulu yakni protein subunit menggunakan yeast. 

Baca Juga: Dukung penanganan Covid-19, BPOM kawal pengembangan vaksin di Indonesia

"Untuk [rekombinan] ekspresi mamalia sebenarnya bibit vaksinnya sudah siap, tetapi Biofarmanya belum siap untuk menangani ekspresi mamalia sehingga kita fokus pada ekspresi yeast yang diperkirakan bibit vaksinnya bisa diberikan ke Biofarma sekitar bulan Mei. Mudah-mudahan ini bisa terpenuhi," ujar Bambang.

Sementara itu, salah satu pengembangan vaksin merah putih lainnya dari Universitas Airlangga yang menggunakan platform inactivated virus. Menurut Bambang, mitra industrinya adalah PT Biotis, tetapi masih ada proses pengurusan yang sedang dilakukan PT Biotis.

"Sudah mendapat mitra industri yaitu PT Biotis, dimana PT biotis dari informasi yang kami terima masih sedang mengurus izin  Cara Produksi Obat yang Baik (CPOB) dengan BPOM," kata Bambang.

Dia pun berharap agar BPOM memberikan dukungan, supaya Indonesia memiliki industri pengembangan vaksin di luar Biofarma. Pasalnya, bila produksi vaksin hanya bergantung pada Biofarma, ini akan menjadi masalah bila Indonesia ingin memproduksi vaksin dalam jumlah besar.

Lebih lanjut Bambang juga berharap nantinya tahapan persiapan menuju uji klinis oleh kedua perusahaan ini, baik Biofarma dan Biotis pun bisa dipercepat dengan mengikuti seluruh ketentuan dan prosedur yang ada. 

Dia berharap uji klinis tahap 1 hingga tahap 3 bisa dipercepat dalam tempo 8 hingga 9 bulan sehingga vaksin merah putih ini bisa berkontribusi pada proses vaksinasi.

Baca Juga: Pengadaan vaksinasi Covid-19 gotong-royong, Bio Farma tak batasi pilihan merek vaksin

Menurutnya vaksin merah putih akan berfungsi untuk memberikan booster bila daya tahan tubuh yang dihasilkan vaksin tahap awal sudah melemah ataupun dilakukannya vaksinasi ulang, apabila ternyata daya tahan tubuh yang ditimbulkan dari vaksinasi awal sudah hilang.

"Kita harapkan vaksin merah putih benar-benar menjadi tuan rumah di negara sendiri ketika paling tidak 2 dari 6 ini sudah sampai pada tahap produksi massal," katanya.

Adapun, empat lembaga lain yang mengembangkan vaksin merah putih ini adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan platform protein rekombinan, Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan platform Vector Adenovirus, Universitas Indonesia dengan platform bibit vaksin DNA, mRNA, dan Virus-Like-Particles, dan Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan platform protein rekombinan. 

Selanjutnya: Bio Farma masih tunggu bibit vaksin Merah Putih dari lembaga pengembang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×