Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi pusat ekonomi Islam di dunia.
Dalam pemaparannya dalam acara High Level Discussion, Indonesia memiliki pangsa 12,7% dari penduduk muslim dunia. Dengan jumlah sebesar itu Indonesia memiliki potensi yang besar untuk menjadi pemain kunci dalam pengembangan ekonomi syariah secara global.
Tapi, menurut Darmin, besarnya potensi ekonomi syariah Indonesia itu tidak hanya terlihat dari jumlah penduduk tapi juga pada berbagai kegiatan seperti sektor keuangan dan riil dari industri syariah itu sendiri.
"Kita pangsa penduduk muslim dunia, dari sisi pengeluaran secara global itu kira-kira mencapai 12% dari pengeluaran global pada 2016. Pangsa itu diproyeksikan akan naik dari US$ 2,1 triliun pada 2016 menjadi sekitar US$ 3 triliun pada 2022," jelas Darmin di Gedung Bappenas, Rabu (25/7).
Tapi sayangnya, saat ini Indonesia masih menjadi konsumen untuk industri halal. Itu terlihat dari sisi pengeluaran konsumsi nilai transaksi makanan halal global pada 2016 mencapai US$ 1,2 triliun atau 17% dari pengeluaran konsumsi makanan secara global.
Sementara, market size dari industri makanan dan minuman (mamin) halal Indonesia sebesar US$ 169,7 miliar di 2016 dan diproyeksikan mencapai US$ 1 triliun pada 2030. "Dari besarnya potensi pasar global untuk mamin halal Indonesia kelihatannya lebih banyak masih menjadi konsumen. Bukan menjadi pelaku utama yang menghasilkan dalam kancah global," jelas Darmin.
Hal itu juga terlihat dari sektor busana muslim, Indonesia belum termasuk lima negara pengekspor busana muslim terbesar di dunia. Padahal kita adalah penduduk muslim terbesar di dunia dengan tingkat konsumsi busana muslim mencapai US$ 13,5 miliar.
Begitu juga di sektor farmasi, Indonesia termasuk lima besar konsumsi global untuk obat-obat farmasi halal dengan tingkat konsumsi US$ 5,7 miliar. Kemudian konsumsi kosmetik halal yang juga masih di tingkat US$ 3,7 miliar.
Lalu, di sektor pariwisata juga Indonesia menduduki peringkat keempat pasar konsumsi wisata halal dunia dengan tingkat konsumsi US$ 9,7 miliar. Angka itu pun dikatakan Darmin, sudah sepatutnya Indonesia mengembangkan dan membangun sinergi.
Sehingga mampu meningkatkan peran-peran ekonomi riil syariah secara global. Koordinasi itu bisa saling bersinergi dalam sektor keuangan dan sektor riil atawa tidak bergerak secara sendiri-sendiri.
"Jadi nggak cukup mendorong industri halal saja, tpi harus ada sinerginya. Paling nggak antara produksi barang dan jasa, logistik, dan jaringan," tutur Darmin.
Menurut Darmin tidak ada hambatan khusus yang dialami Indonesia dalam mengembangkan ekonomi syariah. Hanya saja, ia mengakui Indonesia telat dalam memulainya. "Kita itu baru mulai dengan pendirian Bank Muamalat 20-25 tahun yang lalu," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News