Reporter: Grace Olivia | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu menyentuh target 5,3% sepanjang tahun ini. Membaiknya iklim investasi dan terjaganya daya beli serta kepercayaan masyarakat diyakini masih akan menopang pertumbuhan ekonomi.
Sri Mulyani mengakui, konsumsi rumah tangga dan investasi sebagai dua komponen utama pertumbuhan ekonomi semestinya bisa tumbuh lebih tinggi di kuartal I-2019. Secara tahunan, konsumsi rumah tangga dan investasi membukukan hanya membukukan pertumbuhan masing-masing 5,01% dan 5,03% di kuartal pertama lalu.
Lantas, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2019 tercatat sebesar 5,07% year on year (yoy). Secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi turun 0,52% dari kuartal sebelumnya.
"Dalam hal ini pemerintah menggenjot (konsumsi) terutama dari sisi belanja sosial yang sudah meningkat cukup bagus, itu menolong rumah tangga kelompok bawah," ujar dia, Rabu (8/5).
Selain itu, pemerintah juga menyokong pertumbuhan ekonomi melalui pengeluaran belanjanya yang berdasarkan data realisasi APBN Maret 2019 tumbuh 11,4% yoy. Pertumbuhan ini diharapkan Sri Mulyani bisa berlanjut di kuartal kedua dan seterusnya sehingga bisa berkontribusi lebih tinggi pada laju pertumbuhan ekonomi ke depan.
Memasuki bulan Ramadan dan menjelang lebaran, Sri Mulyani mengatakan semestinya konsumsi yang didorong oleh kelompok masyarakat menengah semakin meningkat. Dengan geliat konsumsi tersebut, pertumbuhan ekonomi selanjutnya bisa lebih baik.
Dari sisi investasi, Sri Mulyani melihat iklim investasi semestinya bisa semakin membaik pasca berakhirnya masa pemilihan umum (pemilu).
"Investasi kita harapkan meningkat seiring adanya kepastian politik dan kepastian dari sisi kebijakan pemerintah. Presiden juga sudah meminta agar situasi investasi bisa betul-betul diperbaiki," ungkapnya.
Di sisi lain, Sri Mulyani juga tak mengabaikan faktor global sebagai salah satu penentu keberlanjutan momentum pertumbuhan dalam negeri. Apalagi baru-baru ini, sentimen negatif kembali menyelimuti perekonomian dunia pasca Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan akan tetap mengenakan kenaikan tarif menjadi 25% pada barang ekspor China dengan total nilai US$ 200 miliar.
"Reaksi terhadap statement tentang perang dagang itu sangat memengeruhi sentimen. Kita lihat apakah pemerintah AS benar-benar menaikkan tarif karena tentu ini akan membuat ekonomi China dan dunia terpengaruh. Kita harus tetap waspada," tuturnya.
Begitu pun dengan prospek ekspor, Sri Mulyani mengaku pemerintah masih tetap harus mengantisipasi secara hati-hati potensi penurunan ekspor. Meski mulai mengecil, kontraksi pada kinerja ekspor Indonesia masih terus berlanjut.
"Kita akan usahakan (pertumbuhan) tetap di 5,3%. Kalau confidence invetasi dan konsumsi bisa kita jaga saya rasa itu cukup. Tentu kita terus melakukan kebijakan yang bisa mendorong investasi dan menjaga kepercyaan masyarakat," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News