kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Menilik Strategi Perdagangan Indonesia di Tengah Konflik Rusia-Ukraina


Rabu, 02 Maret 2022 / 15:45 WIB
Menilik Strategi Perdagangan Indonesia di Tengah Konflik Rusia-Ukraina
ILUSTRASI. Rusia-Ukraina. REUTERS/Borut Zivulovic


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peneliti Center of Industry, Trade and Investment-INDEF Ahmad Heri Firdaus mengungkapkan peranan Rusia dan Ukraina dalam perdagangan Internasional memang tidak terlalu besar. Namun meskipun begitu, Rusia memiliki komoditas energi dan bahan pangan yang memegang peranan penting.

“Kita tahu bahwa Rusia ini merupakan salah satu penyumbang ekspor energi terbesar seperti minyak bumi, gas dan juga pangan (gandum) yang sangat-sangat strategis banyak di ekspor ke berbagai negara,” ujar Ahmad Heri Firdaus dalam acara Diskusi Publik INDEF yang digelar secara virtual, Rabu (2/3).

Ahmad Heri menambahkan, besarnya ekspor Rusia disumbang oleh ekspor komoditas energi, dimana nilainya mencapai lebih dari 50 persen dari total ekspor Rusia. Sedangkan surplus neraca perdagangan Rusia merupakan yang terbesar ketiga di dunia yang disumbang dari tingginya ekspor komoditas energi tersebut.

“Jadi kalau Rusia tidak tidak mengekspor energi bisa dibayangkan ekspornya akan hancur. Jadi Rusia sangat bergantung kepada ekspor impor energi,” katanya.

Baca Juga: Rubel Rusia Tergelincir Melewati 100 Terhadap Dolar, Kembali ke Rekor Terendah

Sehingga dengan adanya konflik Rusia-Ukraina diprediksi akan melambungkan harga komoditas energi khususnya minyak bumi. Dirinya mengungkapkan untuk mengatasi dampak invansi Rusia-Ukraina maka diperlukan 5 langkah mitigasi aktivitas perdagangan Indonesia.

Pertama, fokus terhadap Negara Tradisional Ekspor, pertahankan pangsa pasar dengan lebih banyak mengekspor produk barang konsumsi. Menurutnya kalau Indonesia mengekspor bahan baku untuk selanjutnya diolah menjadi bahan konsumsi di Cina misalnya, sudah pasti terganggu karena permintaan Rusia-Ukraina menurun.

“Sehingga agar tidak terpengaruh kalau kita bisa meminimalisir dampak, maka kita harus banyak memproduksi atau mengekspor produk barang konsumsi yang langsung ke negara tujuan ekspor kita,” katanya.

Kedua, mendiversifikasi ekspor produk yang bernilai tambah ke destinasi utama dan destinasi baru dimana Pemerintah saat ini banyak melakukan kerjasama perdagangan. Ketiga, peluang untuk mengatasi defisit perdagangan dengan Ukraina.

Baca Juga: Meksiko Menolak Jatuhkan Sanksi Ekonomi Terhadap Rusia

“Karena kita dengan Ukraina itu neraca perdagangan kita defisit sekitar US$ 600 juta, kemudian ini menjadi peluang untuk mengatasi defisit dengan Ukraina dengan cara mengekspor ke negara-negara tetangga Ukraina misalnya,” katanya.

Keempat, menjalin kerjasama bilateral yang lebih erat dengan negara-negara mitra utama Rusia dan Ukraina. Kelima, pemerintah memberikan fasilitasi dagang untuk memitigasi dampak negatif invansi Rusia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×