kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

​Menilik resesi ekonomi RI 1998, nilai tukar rupiah melemah hampir 8 kali lipat


Kamis, 03 September 2020 / 11:52 WIB
​Menilik resesi ekonomi RI 1998, nilai tukar rupiah melemah hampir 8 kali lipat
ILUSTRASI. Ilustrasi: Menilik Indikator Resesi Ekonomi


Penulis: Virdita Ratriani

KONTAN.CO.ID -  Jumlah negara yang masuk ke jurang resesi semakin bertambah. Terbaru, Australia resmi mengalami resesi setelah ekonominya mengalami kontraksi sebesar 6,3% year on year (YoY) pada kuartal II 2020.

Ini merupakan resesi pertama yang dialami Australia dalam waktu 30 tahun terakhir. 

Secara teknikal, resesi perekonomian bisa terjadi kalau pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal berturut-turut mengalami pertumbuhan negatif secara tahunan. Sementara, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengisyaratkan kalau perekonomian Indonesia akan masuk jurang resesi pada kuartal III-2020.

Baca Juga: Sri Mulyani dan Chatib Basri prediksi ekonomi Indonesia bakal masuk resesi

"Di kuartal III-2020, ekonomi kita masih mengalami negative growth, bahkan di kuartal IV-2020 masih dalam zona sedikit di bawah netral," ujar Sri Mulyani dikutip Kontan.co.id, Kamis (3/9/2020).

Meski kali ini belum resmi resesi, Indonesia pernah mengalami resesi ekonomi pada 1998. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, perekonomian RI masih tumbuh positif 3,4% pada kuartal ketiga 1997 dan nol persen kuartal terakhir 1997. 

Lalu terus turun tajam menjadi kontraksi sebesar 7,9% pada kuartal I 1998, 16,5 persen kuartal II 1998, dan 17,9% kuartal III 1998.

Lantas, seperti apa resesi ekonomi Indonesia di zaman Presiden Soeharto tersebut?

Baca Juga: Menkeu dan mantan menkeu isyaratkan ekonomi Indonesia bakal resesi

Nilai tukar rupiah melemah dari Rp 2.500 ke Rp 16.000

Dikutip dari pemberitaan Kontan.co.id (26/3/2020), Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, saat krisis ekonomi yang terjadi pada 1997/1998, nilai tukar rupiah melemah dari Rp 2.500 per dollar AS menjadi Rp 16.000 per dollar AS pada masa itu. 

Jika melihat perbandingan tersebut, maka nilai tukar rupiah melemah hampir delapan kali lipat saat krisis ekonomi 1997/1998. 

Anjloknya rupiah secara dramatis, menyebabkan pasar uang dan pasar modal juga rontok, bank-bank nasional dalam kesulitan besar dan peringkat internasional bank-bank besar bahkan juga surat utang pemerintah terus merosot.

Sementara saat ini nilai tukar rupiah mencapai Rp 14.770 per dollar AS pada Kamis (3/9/2020). Pada Maret, nilai tukar rupiah memang sempat melemah menjadi Rp 16.000 per dollar AS tapi perlahan kembali menguat. 

Baca Juga: Resesi Mengadang, Investasi Saham Tetap Menjadi Pilihan Menarik Untuk Jangka Panjang

Kesehatan perbankan

Perry juga mengatakan, pada 1998 rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perbankan minus 15,7%, lalu meningkat hingga 21,6% pada 1999. 

Hal tersebut berbeda dengan kondisi saat ini di mana perbankan jauh lebih kuat. "Perbankan jauh lebih kuat, perbankan di seluruh dunia juga lebih kuat," kata Perry dikutip Kontan.co.id (26/3/2020). 

Begitu pula dari sisi rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) perbankan yang mencapai 48,6% pada 1998. 

Sementara saat ini NPL gross bank sebesar 2,77% dan NPL nett 1,08%. 

Baca Juga: Resesi di depan mata, investasi saham bisa jadi pilihan utama investor jangka panjang

Banyak perusahaan bangkrut

Dikutip dari Kompas.com (4/8/2020), krisis ekonomi juga menyebabkan ratusan perusahaan, mulai dari skala kecil hingga besar bangkrut. Sekitar 70 persen lebih perusahaan yang tercatat di pasar modal juga insolvent atau nota bene bangkrut.

Sektor yang paling terpukul terutama adalah sektor konstruksi, manufaktur, dan perbankan, sehingga melahirkan gelombang besar pemutusan hubungan kerja (PHK). Pengangguran melonjak ke level yang belum pernah terjadi sejak akhir 1960-an, yakni sekitar 20 juta orang atau 20% lebih dari angkatan kerja. 

Laju inflasi hingga Agustus 1998 sudah 54,54 persen, dengan angka inflasi Februari mencapai 12,67%.

Baca Juga: Akibat pandemi, kasus gagal bayar koperasi diproyeksi meningkat

Akibat PHK dan naiknya harga-harga dengan cepat ini, jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan juga meningkat mencapai sekitar 50% dari total penduduk. 

Banyak orang menyerbu toko-toko sembako dalam suasana kepanikan luar biasa, khawatir harga akan terus melonjak.

Sementara, pendapatan per kapita yang mencapai 1.155 dollar/kapita tahun 1996 dan 1.088 dollar/kapita tahun 1997, menciut menjadi 610 dollar/kapita tahun 1998. 

Organisasi Buruh Internasional (ILO) pun menyebut dua dari tiga penduduk Indonesia dalam kondisi sangat miskin pada tahun 1999 jika ekonomi tak segera membaik.

Baca Juga: Resesi di ambang pintu, Menkeu: Ekonomi kuartal III-2020 tumbuh negatif

Utang luar negeri menumpuk

Salah satu faktor yang memperparah penyebab resesi ekonomi Indonesia adalah besarnya utang luar negeri Indonesia dalam bentuk valuta asing, baik utang pemerintah, BUMN, maupun perusahaan swasta.

Dari total utang luar negeri per Maret 1998 yang mencapai US$ 138 miliar, sekitar US$ 72,5 miliar adalah utang swasta.

Sementara dua pertiganya jangka pendek, di mana sekitar US$ 20 miliar akan jatuh tempo dalam tahun 1998. 

Selain itu, cadangan devisa tinggal sekitar US$ 14,44 miliar. 

Baca Juga: Siap-siap resesi, diversifikasi portofolio jadi solusi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×