Penulis: Virdita Ratriani
Kesehatan perbankan
Perry juga mengatakan, pada 1998 rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perbankan minus 15,7%, lalu meningkat hingga 21,6% pada 1999.
Hal tersebut berbeda dengan kondisi saat ini di mana perbankan jauh lebih kuat. "Perbankan jauh lebih kuat, perbankan di seluruh dunia juga lebih kuat," kata Perry dikutip Kontan.co.id (26/3/2020).
Begitu pula dari sisi rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) perbankan yang mencapai 48,6% pada 1998.
Sementara saat ini NPL gross bank sebesar 2,77% dan NPL nett 1,08%.
Baca Juga: Resesi di depan mata, investasi saham bisa jadi pilihan utama investor jangka panjang
Banyak perusahaan bangkrut
Dikutip dari Kompas.com (4/8/2020), krisis ekonomi juga menyebabkan ratusan perusahaan, mulai dari skala kecil hingga besar bangkrut. Sekitar 70 persen lebih perusahaan yang tercatat di pasar modal juga insolvent atau nota bene bangkrut.
Sektor yang paling terpukul terutama adalah sektor konstruksi, manufaktur, dan perbankan, sehingga melahirkan gelombang besar pemutusan hubungan kerja (PHK). Pengangguran melonjak ke level yang belum pernah terjadi sejak akhir 1960-an, yakni sekitar 20 juta orang atau 20% lebih dari angkatan kerja.
Laju inflasi hingga Agustus 1998 sudah 54,54 persen, dengan angka inflasi Februari mencapai 12,67%.
Baca Juga: Akibat pandemi, kasus gagal bayar koperasi diproyeksi meningkat
Akibat PHK dan naiknya harga-harga dengan cepat ini, jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan juga meningkat mencapai sekitar 50% dari total penduduk.
Banyak orang menyerbu toko-toko sembako dalam suasana kepanikan luar biasa, khawatir harga akan terus melonjak.
Sementara, pendapatan per kapita yang mencapai 1.155 dollar/kapita tahun 1996 dan 1.088 dollar/kapita tahun 1997, menciut menjadi 610 dollar/kapita tahun 1998.
Organisasi Buruh Internasional (ILO) pun menyebut dua dari tiga penduduk Indonesia dalam kondisi sangat miskin pada tahun 1999 jika ekonomi tak segera membaik.
Baca Juga: Resesi di ambang pintu, Menkeu: Ekonomi kuartal III-2020 tumbuh negatif