kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengulas dampak kenaikan sejumlah tarif pada awal 2020 terhadap pertumbuhan ekonomi


Jumat, 03 Januari 2020 / 17:07 WIB
Mengulas dampak kenaikan sejumlah tarif pada awal 2020 terhadap pertumbuhan ekonomi
ILUSTRASI. Produk rokok dipajang pada etalase sebuah minimarket di Jakarta, Selasa (28/8). Pemerintah berencana menaikkan tarif cukai rokok paling cepat pada September atau paling lambat pada Oktober 2018 mendatang.


Reporter: Rahma Anjaeni, Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli

Menurut Roy, hal yang terpenting bukanlah sekadar menaikkan tarif, tetapi bagaimana menyeimbangkan kenaikan tersebut dengan berbagai solusi. "Kalaupun ada kenaikan barang atau jasa pasti akan ada dampak. Oleh karena itu, perlu ada solusi yang harus dilakukan," ujarnya saat dihubungi Kontan, Kamis (02/01).

Baca Juga: BPS catat inflasi pada Desember 2019 sebesar 0,34%

Ia juga mengibaratkan keseimbangan dan kenaikan tarif seperti dua sisi koin. Di saat satu sisi mengalami kenaikan, maka sisi lain harus memberikan kemudahan. Apabila keseimbangan tersebut tidak dapat tercapai, maka tingkat konsumsi masyarakat dipastikan akan berkurang.

Terkait dengan kenaikan tarif rokok, menurut Roy segmen yang terkena dampak paling besar adalah masyarakat kelompok menengah ke bawah atau bukan penikmat rokok. Pasalnya setelah tarif rokok naik, kelompok ini pasti akan menahan transaksi atau menahan belanja, karena mereka belum termasuk dalam kategori penikmat rokok.

Kemudian, semakin banyak orang yang menahan transaksi atau belanja, maka transaksi perdagangan ritel lama kelamaan juga akan ikut terpengaruh.
Roy menjelaskan, umumnya setelah terjadi kenaikan harga, maka peritel akan merasakan dampak penurunan penjualan sekitar 5%-10% dari barang tersebut.

Baca Juga: Berbagai tarif naik tahun ini, Kemenkeu siapkan segambreng instrumen fiskal

"Dampaknya hanya untuk barang yang mengalami kenaikan harga saja, bukan untuk jumlah barang keseluruhan," kata Roy.

Selanjutnya, terkait kenaikan tarif iuran badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) Kesehatan, Roy meminta agar pemerintah bisa lebih memperhatikan status ekonomi kelompok marginal. Bahkan, ia menyarankan alternatif bagi pemerintah untuk menerapkan subsidi silang agar kelompok tersebut dapat tetap menerima subsidi dan terjamin.

Mengenai kenaikan tarif tol Roy mengatakan kenaikan ini nantinya akan berdampak kepada harga barang dari hulu. Jadi kemungkinan tidak semua harga barang akan terkena dampak, tetapi ada beberapa kemungkinan dampaknya akan terasa bagi beberapa jenis barang yg sudah thin margin atau margin keuntungannya sudah tipis.

Namun, Roy juga mengaku bahwa sampai saat ini dapat dikatakan peritel belum terkena dampak apa pun dari kenaikan tarif tol. Pasalnya perusahan logistik, atau yang termasuk dalam kategori perusahaan antara, belum mengumandangkan adanya kenaikan akibat tarif tol.




TERBARU

[X]
×