CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.386.000   -14.000   -1,00%
  • USD/IDR 16.295
  • IDX 7.288   47,89   0,66%
  • KOMPAS100 1.141   4,85   0,43%
  • LQ45 920   4,23   0,46%
  • ISSI 218   1,27   0,58%
  • IDX30 460   1,81   0,40%
  • IDXHIDIV20 553   3,30   0,60%
  • IDX80 128   0,57   0,44%
  • IDXV30 130   1,52   1,18%
  • IDXQ30 155   0,78   0,50%

Menghitung Efek Ekonomi Ramadan dan Lebaran ke Pertumbuhan Ekonomi Tahun Ini


Minggu, 26 Februari 2023 / 19:30 WIB
Menghitung Efek Ekonomi Ramadan dan Lebaran ke Pertumbuhan Ekonomi Tahun Ini
ILUSTRASI. Para pengamat ekonomi atau ekonom melihat aktivitas-aktivitas ekonomi di Ramadan dan Lebaran tahun ini akan memberikan dampak bagi perekonomian Indonesia.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para pengamat ekonomi atau ekonom melihat aktivitas-aktivitas ekonomi di Ramadan dan Lebaran tahun ini akan memberikan dampak bagi perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, momen tersebut mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi ini, khususnya di kuartal II-2023.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menyampaikan, sebenarnya pemulihan perekonomian Indonesia sebenarnya sudah kembali ke level pra pandemi. Oleh karena itu, sama seperti tahun sebelumnya, momen Ramadan dan Lebaran akan memberikan dampak bagi perekonomian Indonesia.

Terlebih lagi, momen dan Lebaran tahun ini sudah tidak ada PPKM, artinya mobilitas masyarakat sudah jauh bergeliat serta restriksi di daerah-daerah juga sudah jauh berkurang sehingga memberikan dampak pemulihan ekonomi yang lebih besar tergantung pada daerah tujuan mudik.

Yusuf memperkirakan, Ramadan dan Lebaran tahun ini akan membawa perekonomian Indonedia di kuartal II-2023 berada pada kisaran 5% hingga 5,5% year on year (YoY). Sementara di sepanjang tahun ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia diramal pada kisaran 4,5% hingga 5% YoY.

Hanya saja, Yusuf mewanti-wanti pemerintah lantaran dimomen Ramadan dan Lebaran biasanya permintaan relatif tinggi sehingga mendorong inflasi yang lebih tinggi juga.

"Justru yang kemudian perlu diantisipasi pemerintah karena aktivitas perekonomian sudah relatif kembali seperti sebelum terjadinya pandemi, permintaan yang relatif tinggi yang biasa terlihat di bulan Ramadan dan Lebaran nanti dapat mendorong angka inflasi ke level yang relatif tinggi," ujar Yusuf kepada Kontan.co.id, Minggu (26/2).

Baca Juga: Ada Ramadan dan Lebaran, Pajak Konsumsi Berpotensi Meningkat

Oleh karena itu, pemerintah perlu memastikan bahwa daya beli masyarakat tidak tergerus dengan kenaikan tingkat inflasi di periode Ramadan dan Lebaran 2023. Adapun langkah mitigasi yang bisa dilakukan adalah memastikan stok barang yang relatif mengalami peningkatan di periode tersebut.

"Sehingga ketika di bulan Ramadan dan Lebaran nanti permintaan yang tinggi dari masyarakat itu bisa diimbangi dengan ketersediaan barang dan nantinya kenaikan inflasi tidak terjadi secara sangat signifikan," tambahnya.

Sementara itu, berdasarkan hitungan Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman, dampak Ramadan dan Lebaran 2023 ke perekonomian Indonesia akan mendorong pertumbuhan sebesar 0,14% hingga 0,25 point percentage (ppt) di periode tersebut.

Namun, pemerintah perlu mewaspadai inflasi pangan dikarenakan permintaan pangan yang cenderung tinggi pada saat Ramadan dan Lebaran.Oleh karena itu, pengendalian inflasi terutama untuk pangan menjadi salah satu fokus utama pemerintah di tengah penurunan laju inflasi yang meski saat ini sudah menurun namun masih di atas target Bank Indonesia (BI).

"Inflasi yang terjaga juga akan mendorong tingkat konsumsi masyarakat sehingga dampak ke pertumbuhan ekonomi dapat optimal," kata Faisal.

Sebagai informasi, pemerintah berhasil meraih angka pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2019 sebesar 5,05%. Kemudian, angka ini meningkat lagi pada kuartal II-2020 sebesar 5,32%, kuartal II-2021 sebesar 7,07%, dan kuartal II-2022 sebesarĀ  5,44%.

Baca Juga: Kredit Perbankan Naik Dua Digit Awal Tahun, Ini Segmen-Segmen Penopangnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×