Reporter: Ahmad Febrian, Siti Masitoh | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam Rencana Anggaran Tahunan Bank Indonesia (RATBI) tahun 2026, BI menargetkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan sebesar 5,3%. Lebih rendah dari target pemerintah dalam APBN 2026 sebesar 5,4%.
Gubernur BI, Perry Warjiyo memaparkan, proyeksi 5,3% tersebut sudah mempertimbangkan penurunan ekonomi global, termasuk mitra kerja utama Indonesia. Selain itu juga mempertimbangkan langkah-langkah dukungan banksentral untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan penurunan suku bunga.
Terkait perbedaan target pertumbuhan ekonomi dengan pemerintah, ia mengungkapkan BI mempunyai dasar penghitungan sendiri.
“Dasar kami menghitung, data dari Badan Pusat Statistik (BPS), termasuk ada dasar kami banyak survei yang dilakukan sebagai dasar. Nilai tukar juga sangat berpengaruh, nilai tukar rupiah di 2026 rata-rata masih sama dengan 2025 karena pengaruh ketidakpastian global,” tutur Perry saat melakukan rapat kerja dengan komisi XI DPR RI, Rabu (12/11).
Sementara Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence (IEI), Sunarsip pertumbuhan ekonomi saat ini masih cukup baik. Bamun belum didukung oleh perbaikan konsumsi masyarakat.
“Pertumbuhan ekonomi saat ini banyak ditopang oleh konsumsi pemerintah yang tumbuh 5,49% pada kuartal III 2025. Kalau tidak ada itu, mungkin ekonomi kita bisa lebih rendah lagi,” kata Sunarsip, dalam penjelasannya, Kamis (13/11).
Baca Juga: Defisit APBN 2026 di Atas Batas Aman, Begini Kata Ekonom
Ia menyarankan agar pemerintah mengubah pendekatan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Jika sebelumnya fokus pada peningkatan demand, kini perlu diarahkan pada penguatan supply sektoral.
Ia menilai, konsumsi rumah tangga yang masih stagnan di bawah 5% disebabkan oleh belum pulihnya sejumlah sektor industri pascapandemi Covid-19.
Tenaga Ahli Utama Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Lutfi Ridho menegaskan, pemerintah sebenarnya terus berupaya memperkuat konsumsi rumah tangga. Namun, kunci utamanya adalah membangun kepercayaan publik terhadap prospek pendapatan mereka. “Mereka harus yakin terutama keyakinan pendapatan di masa yang akan datang,” kata Lutfi.
Ia menambahkan, DEN akan memfokuskan perhatian pada peningkatan optimisme dan stabilitas pendapatan masyarakat. Jika kepercayaan itu terbentuk, konsumsi rumah tangga bisa kembali jadi motor utama pertumbuhan ekonomi, meski investasi masih akan jadi pendorong utama tahun depan.
Selanjutnya: Pendaftaran Mitra Statistik BPS 2026 Dibuka: Syarat dan Cara Daftar Online
Menarik Dibaca: Barang Paling Laku di 11.11 Lazada, Promonya Masih Berlanjut hingga Hari Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













