Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi memproyeksi harga kedelai masih akan menguat hingga akhir Mei 2021. Dia berharap, harga kedelai mulai menunjukkan perbaikan pada Juni.
"Karena memang hasil daripada crop di 2021 dinyatakan baik dan Brasil akan kembali pada produksi, mungkin lebih baik dari tahun sebelumnya, jadi kami melihat harga ini akan menguat terus sampai akhir Mei dan mudah-mudahan Juni sudah mulai membaik," ujar Lutfi dalam konferensi pers, Senin (11/1).
Lutfi pun memastikan, selama landed cost kedelai masih di atas Rp 8.000 per kg, Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan menjadi penengah di antara perajin tahu dan tempe dan pasar untuk menginformasikan berapa harga wajar tahu dan tempe.
Menurutnya, pihaknya akan membantu para koperasi memberikan estimasi harga wajar menjelang akhir bulan atau akhir bulan.
Baca Juga: Jokowi minta Kementan bangun kawasan pertanian berskala besar untuk atasi impor
"Pada hari ini ketemu harga wajar Rp 15.000, di kemudian hari ketika harga akan naik, kami akan umumkan pada pasar berapa harga yang wajar untuk tahu dan tempe. Seperti diketahui kacang kedelai ini mekanisme tata niaganya tidak lagi dipegang oleh Kemendag atau pemerintah sejak tahun 2013. Tapi kami pastikan ini akan sesuatu yang kami pelajari dengan baik," terang Lutfi.
Adapun, Lutfi menyebut, kenaikan harga kedelai ini disebabkan berbagai hal. Mulai dari tingginya permintaan dunia atas kedelai serta adanya beberapa gangguan cuaca dan keadaan ekonomi dunia.
Dia menjelaskan, terdapat gangguan dari sisi pasokan dan logistik. Hal ini disebabkan adanya gangguan cuaca di Amerika Latin yang menyebabkan basah di Brasil dan Argentina. Sementara, Argentina pun melakukan pemogokan baik dari sektor distribusi dan pelabuhan.
Baca Juga: Jokowi ingatkan krisis pangan di tengah pandemi Covid-19
Sementara, permintaan kedelai yang tinggi pun didorong peningkatan permintaan kedelai dari China untuk memenuhi pakan ternak. Lutfi menjelaskan, permintaan kedelai China meningkat menjadi 28 juta ton dari sebelumnya 15 juta ton. Hal ini dikarenakan adanya flu babi yang sempat terjadi di China.
"Pada tahun 2019-2020 itu China mengalami flu babi, flu babi ini menyerang ternak babi mereka dimana seluruh ternak babi yang ada di China dimusnahkan. Jadi hari ini mereka memulai ternak babi itu lagi dengan jumlah sekitar 470 juta. Yang tadinya pakannya tidak diatur, hari ini makanannya diatur. karena makanannya diatur, tiba-tiba ternak babi yang besar ini hampir mengkali duakan permintaan kedelai China kepada AS dalam kurun waktu yang singkat," terang Lutfi.
Meski harga kedelai mengalami kenaikan, Lutfi memastikan bahwa stok kedelai di Indonesia masih tetap tersedia dalam 3 hingga 4 bulan ke depan.
Selanjutnya: Swasembada Kedelai Masih Sebatas Angan, Perajin Tempe Kelimpungan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News