kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Menanti resep baru Gubenur BI


Rabu, 23 Mei 2018 / 19:35 WIB
Menanti resep baru Gubenur BI
ILUSTRASI. Perry warjiyo selesai Sidang Paripurna


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kamis (24/5) besok, Gubernur Bank Indonesia (BI) terpilih Perry Warjiyo bakal dilantik di Mahkamah Agung. Di awal kepemimpinannya Perry akan menghadapi beberapa tantangan. Yang paling utama adalah pelemahan nilai tukar rupiah yang saat ini bergerak di level 14.100-14.200 per dollar AS.

Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih mengatakan, pasar tengah meninggu resep moneter dari Perry. Sebab, dalam jangka pendek ini, Indonesia dihadapkan pada volatilitas nilai tukar yang juga terjadi di negara lainnya.

“Kita tunggu resepnya apa. Harapan pasar, yang penting adalah nilai tukar rupiah stabil,” kata Lana kepada Kontan.co.id, Rabu (23/5).

Seperti diketahui, Perry pernah menekankan bahwa di tangannya BI akan pro stabilitas dan pro pertumbuhan. Namun demikian, menurut Lana, rasanya aspek pro pertumbuhan itu belum bisa dijalankan dalam jangka pendek ini.

“Pro-growth memang diinginkan oleh semua, tetapi jangka pendek harus pilih yang mana dulu. Untuk pro-growth perlu waktu lebih lama, tapi bukan berarti tidak perlu dijalankan,” jelas Lana.

Sementara itu, Ekonom Maybank Juniman mengatakan bahwa pro stabilitas dan pro pertumbuhan masih bisa dijalankan bersama. Harapannya, Perry akan menggunakan instrumen lain selain suku bunga untuk tetap jaga ekonomi domestik apabila kondisi memburuk, yaitu dengan kebijakan makroprudensial, yakni merelaksasi LDR GWM atau LTV.

“Dampaknya keduanya kalau direlaksasi bisa sama seperti menahan suku bunga. Jadi, mix policy benar-benar dilakukan,” kata dia.

“Jadi memang tightening kebijakan moneter untuk jaga stabilitasnya, tapi makroprudensial bisa dilakukan relaksasi,” lanjutnya.

Juniman melanjutkan, apabila melihat stand-point Perry, menaikkan suku bunga sendiri adalah pilihan terakhir meskipun Gubernur BI Agus Martowardojo menyatakan bahwa BI tidak segan-segan mengambil langkah moneter yang lebih kuat apabila kenaikan suku bunga acuan pada pekan lalu yang sebesar 25 bps tidak cukup.

Oleh karena itu, menurut Juniman, di tangan Perry, BI bakal lebih berat untuk menaikkan suku bunganya. Perry bakal melihat langkah dari The Fed yang akan melakukan rapat di Juni nanti, apakah Fed akan menaikkan suku bunga empat kali atau tiga kali tahun ini.

“Kalau tiga kali, ada peluang rupiah menguat dan BI tidak menaikkan suku bunga,” ujar dia.

Sebaliknya, bila Fed menaikkan empat kali, maka BI pun akan menaikkan suku bunga acuannya. “Sekali lagi sebanyak 25 bps juga sudah cukup kalau kondisi memburuk. Tidak perlu banyak-banyak karena seperti obat, kalau overdosis tidak bagus juga,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×