Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli membantah kabar adanya badai pemutusan hubungan kerja (PHK) yang melanda industri dalam negeri.
Yassierli mengklaim, telah mengkonfirmsi sejumlah perusahaan yang disebut melakukan PHK. Misalnya, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) yang dikabarkan melakukan pemecatan terhadap ratusan pekerja.
Namun, setelah di konfirmasinya, Kemnaker mengklaim hal tersebut beredar tidak benar.
"Contoh Mayora misalnya, kita sudah cek ternyata ya tidak seperti itu beritanya. Bahkan ada beberapa yang dilaporkan PHK malah kemudian ya pekerjaannya malah nambah,” katanya dalam konferensi pers di Kantornya, Rabu (5/3)
Menurutnya, pemberitaan mengenai kasus PHK yang menghantam sejumlah perusahaan di Tanah Air perlu di cek kembali dengan data yang dimiliki oleh Kemnaker.
Baca Juga: Kemenperin: Lapangan Kerja Tumbuh 1 Juta, PHK 48 ribu
Hanya saja, saat dikonfirmasi berapa banyak jumlah pekerja yang mengalami PHK di awal 2025, Kemnaker belum bisa mengungkap data total pekerja yang ter-PHK hingga Februari 2025.
Namun, Yassierli mengaku telah berkomunikasi dengan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengenai pertumbuhan industri.
Yassierli menyebut, data Kemenperin menujukan industri manufaktur setidaknya menyerap sekitar 1 juta lebih tenaga kerja sepanjang tahun 2024.
"Jadi menurut saya tadi terkait dengan berita, ada istilahnya sampai badai apa segala. Menurut saya itu harus kita lihat secara proporsional ya," tambahnya.
Kemenperin mencatat berdasarkan data dari Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas), pada tahun 2024, jumlah tenaga kerja baru yang diserap industri manufaktur yang mulai berproduksi tahun 2024 mencapai 1.082.998 tenaga kerja baru.
Angka ini lebih besar dari jumlah PHK yang dilaporkan Kementerian Ketenagakerjaan pada tahun 2024 sebesar 48.345 orang. Sebagai catatan, jumlah pekerja yang ter-PHK pada periode tersebut bukan hanya merupakan pekerja di sektor manufaktur, tetapi angka total untuk semua sektor ekonomi.
Menteri Perindustria Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, memang benar ada penutupan beberapa pabrik dan PHK. Selain itu, dia menyampaikan empati kepada perusahaan industri dan pekerja yang mengalami hal tersebut.
"Kemenperin terus berupaya meningkatkan investasi baru di sektor manufaktur, mendorong munculnya industri baru untuk mulai berproduksi sehingga menyerap tenaga kerja baru lebih banyak dan menjadi alternatif lapangan kerja bagi pekerja yang terdampak PHK," ujar Agus di Jakarta.
Hal ini menunjukkan bahwa banyak perusahaan industri manufaktur bermunculan dan mulai berproduksi dengan menyerap tenaga kerja baru yang lebih banyak pula, bahkan lebih banyak dari jumlah tenaga kerja yang kena PHK di berbagai sektor ekonomi.
Baca Juga: Melihat Dampak PHK Massal di Awal Tahun 2025 Terhadap Penerimaan Negara
Pertumbuhan sektor industri manufaktur juga membuka lapangan kerja yang semakin luas. Jumlah tenaga kerja pada industri pengolahan nonmigas terus meningkat, dari 17,43 juta di tahun 2020 menjadi 19,96 juta di tahun 2024.
Data dalam Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) tersebut menunjukkan, pada tahun 2024 rasio penambahan tenaga kerja baru di sektor manufaktur terhadap jumlah tenaga kerja yang terkena PHK mencapai 1 banding 20.
Artinya, ketika 1 tenaga kerja kena PHK sektor manufaktur mampu menciptakan dan menyerap 20 tenaga kerja baru. Rasio ini terus naik sejak tahun 2022 sebesar 1:5, menjadi 1:7 pada, dan 1:20 di tahun 2024. Kenaikan ini menunjukkan kinerja serapan tenaga kerja manufaktur Indonesia semakin baik.
"Sektor manufaktur menyerap tenaga kerja baru lebih banyak, dibanding jumlah pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja. Hal ini diketahui dari pelaku industri yang melaporkan mulai melakukan produksi pada Kemenperin," ungkapnya.
Selanjutnya: Pelindo Group Adakan Program Mudik Gratis 2025, Simak Aturan Pendaftarannya
Menarik Dibaca: Ramaikan Momen Ramadan, Supermal Karawaci Gelar Beragam Kegiatan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News