Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami pelemahan. Ini dikhawatirkan akan memengaruhi postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 yang sudah dirancang pemerintah dan DPR.
Kurs rupiah di pasar spot mempertahankan penguatan hingga akhir perdagangan walau tetap berada di atas Rp 15.600 per dolar Amerika Serikat (AS). Kamis (5/10), rupiah spot ditutup di level Rp 15.618 per dolar AS.
Ini membuat rupiah menguat 0,1% dibanding penutupan hari sebelumnya di Rp 15.634 per dolar AS. Pergerakan rupiah sejalan dengan mayoritas mata uang di Asia.
Baca Juga: Impor Minyak Diproyeksi Melonjak, Neraca Dagang Terancam Defisit
Meski begitu, Ketua Badan Anggaran (Banggar) MH Said Abdullah mengatakan, depresiasi nilai tukar rupiah saat ini belum akan memengaruhi postur APBN. Pihaknya masih akan menunggu respons Bank Indonesia (BI) untuk mengendalikan nilai tukar rupiah.
“Sebab BI sudah melakukan banyak langkah untuk mengurangi ketergantungan kita terhadap dolar AS, dan melakukan hedging yang sudah lama dilakukan,” tutur Said kepada Kontan.co.id, Kamis (5/10).
Faktor lain yang membuat pelemahan belum berpengaruh ke postur APBN, seperti BI juga telah menjalankan kebijakan currency bilateral swap agreement dengan banyak negara sebagai alternatif menggantikan dolar AS sebagai alat pembayaran.
Baca Juga: BI Intervensi Pasar SBN dan Valas, Kenaikan Yield Obligasi Dapat Dibatasi
Akan tetapi, Said mengatakan, sebagai upaya mengantisipasi pelemahan nilai tukar rupiah, Banggar sebenarnya sudah merekomendasikan agar pemerintah merumuskan roadmap kebijakan utang jangka pendek, menengah dan panjang sebagai salah satu penyangga kebijakan fiskal.
Untuk mengurangi membengkaknya imbal hasil Surat Berharga negara (SBN) khususnya yang terkait dengan dollar AS, pemerintah sudah lama memperbesar porsi SBN dalam bentuk denominasi rupiah, porsi valuta asing (valas) dan kepemilikan asing dalam SBN juga semakin mengecil.