kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.929.000   -4.000   -0,21%
  • USD/IDR 16.274   -99,00   -0,60%
  • IDX 7.927   68,06   0,87%
  • KOMPAS100 1.113   9,98   0,90%
  • LQ45 829   6,70   0,81%
  • ISSI 265   0,63   0,24%
  • IDX30 429   3,15   0,74%
  • IDXHIDIV20 497   3,62   0,73%
  • IDX80 125   1,07   0,86%
  • IDXV30 133   1,90   1,45%
  • IDXQ30 139   1,18   0,85%

Mayoritas Daerah di Indonesia Masih Bergantung ke Anggaran Pusat


Senin, 25 Agustus 2025 / 15:38 WIB
Mayoritas Daerah di Indonesia Masih Bergantung ke Anggaran Pusat
ILUSTRASI. Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya Sugiarto .Kemendagri mengungkapkan kapasitas fiskal sebagian besar daerah di Indonesia masih lemah dan sangat bergantung pada pemerintah pusat.. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mengungkapkan kapasitas fiskal sebagian besar daerah di Indonesia masih lemah dan sangat bergantung pada pemerintah pusat.

Hal ini terlihat dari hasil kajian kapasitas fiskal yang membagi daerah ke dalam kategori kuat, sedang, rendah, hingga sangat lemah.

Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya mengatakan, Dari 38 provinsi, hanya 11 provinsi atau sekitar 29% yang memiliki kapasitas fiskal kuat.

Baca Juga: Anggaran Transfer ke Daerah 2026 Susut, Wamenkeu Tepis Isu Resentralisasi Fiskal

Kondisi lebih memprihatinkan terjadi di tingkat kabupaten, di mana dari 415 kabupaten hanya 4 atau sekitar 1% yang masuk kategori kuat.

Untuk kota, dari 93 yang ada, hanya 11 kota yang tergolong fiskal kuat, sementara mayoritas atau 70 kota tercatat berkapasitas fiskal rendah.

"Ini mengonfirmasi apa yang disampaikan oleh pimpinan (Komisi II) mengenai kondisi fiskal sebagian besar kapasitasnya masih sangat lemah di daerah. Dan PR bagi kita untuk meningkatkan kemandirian tadi," ungkap Bima dalam rapat bersama Komisi II DPR RI, Senin (25/8/2025).

Baca Juga: Sri Mulyani Jelaskan Alasan Penyusutan Anggaran Transfer ke Daerah pada RAPBN 2026

Menurut Bima, kontribusi pajak daerah masih sangat dipengaruhi oleh karakteristik wilayah. Pajak kendaraan bermotor misalnya dominan di provinsi dengan populasi besar seperti Jawa Barat dan Jawa Timur.

Pajak barang dan jasa tertentu (PBJT) dari sektor perhotelan dan hiburan banyak menopang kota wisata seperti Yogyakarta dan Medan.

Namun, secara umum Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) masih menjadi sumber andalan utama pendapatan asli daerah (PAD). Terutama bagi kabupaten/kota yang sudah menerapkan digitalisasi dalam pendataan objek pajak.

"Karena itu bagaimana kemudian kita mendorong daerah untuk melakukan optimalisasi PAD adalah kunci utama sebetulnya untuk kemandirian fiskal di daerah," katanya.

Selanjutnya: Ramalan 12 Zodiak Keuangan & Karier Besok, Selasa 26 Agustus 2025

Menarik Dibaca: Ramalan 12 Zodiak Keuangan & Karier Besok, Selasa 26 Agustus 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×