kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Masukan ICMI soal Internal Profesi Kedokteran


Rabu, 13 September 2017 / 15:40 WIB
Masukan ICMI soal Internal Profesi Kedokteran


Reporter: Ramadhani Prihatini | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) berkomitmen membantu menyelesaikan dan memberikan solusi terhadap persoalan internal profesi kedokteran, terkait pendidikan spesialis.

Ketua Umum ICMI, Jimly Asshiddiqie, saat ini muncul masalah mengenai ketentuan pendidikan layanan primer. Akibatnya, hal tersebut melahirkan dualisme pengelolaan pendidikan kedokteran, khususnya spesialis.

“Banyak di antara cendekiawan dari dunia kedokteran adalah pendiri ICMI. Maka kita merasa prihatin. Saya berjanji untuk membantu, paling tidak mencarikan solusinya,” kata Jimly dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (13/9) kemarin.

Ia menyarankan, selain menyelesaikan masalah dengan menggunakan jalur hukum, diperlukan pula sikap saling terbuka, termasuk dari pihak Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

"Ada rasa ketakutan seolah-olah akan dibentuk organisasi profesi yang berbeda-beda sebagai saingan IDI dan ini tidak sehat. Kalau konflik tidak segera diselesaikan akan mempengaruhi kualitas pelayanan kepada masyarakat dan juga menimbulkan masalah dualisme organisasi. Dengan kata lain, ada konflik antara anggota IDI di pemerintahan dan di kepengurusan,” ungkap Jimly.

Jimly menilai, kedatangan dan diskusi bersama jajaran PB IDI dilakukan agar dapat mencari upaya penyelesaian masalah. Ia merasa jika masalah ini terus dibiarkan, kedudukan dan fungsi IDI sebagai organisasi profesi tertua di Indonesia ada kecenderungan melemah.

Jimly menuturkan, kini pengurus IDI sedang menempuh upaya hukum dengan mengajukan uji materiil sambil berkonsultasi hal-hal apa yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan profesi kedokteran secara menyeluruh.

"Dokter praktik ingin menentukan kualitas relevansi pendidikan, sehingga IDI yang menentukan. Tapi, lembaga pendidikan sebagai produsen tenaga kedokteran juga ingin punya peran lebih besar dan pemerintah dalam hal ini berpihak kepada lembaga pendidikan,” tuturnya.

Padahal, menurut Jimly, yang terjadi adalah sebaliknya, perspektif sudut pandang produsen tenaga kedokteran lebih diutamakan oleh pemerintah, dibandingkan praktik. Praktik seharusnya juga mendengar aspirasi IDI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×