kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Masuk Anggota OECD, Bakal Kurangi Ketergantungan Perdagangan RI dengan China


Selasa, 23 Juli 2024 / 17:22 WIB
Masuk Anggota OECD, Bakal Kurangi Ketergantungan Perdagangan RI dengan China
ILUSTRASI. International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) turut menyoroti manfaat langkah Indonesia bergabung dengan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) turut menyoroti manfaat langkah Indonesia bergabung dengan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

Tim Riset dari INFID Angelika Fortuna Dewi Rusdy menyampaikan saat ini perdagangan Indonesia dengan China jauh lebih besar bila dibandingkan dengan negara anggota OECD yang beranggotakan 38 negara. Anggota OECD seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, Korea Selatan, Austria, Belgia, Kanada, Jerman, hingga Australia.

Dalam hasil kajiannya, dari segi investasi dari China dampak yang dirasakan terhadap Indonesia tidak selamanya positif bagi lingkungan dan sosial.

Sehingga lanjutnya, dengan bergabungnya Indonesia ke OECD bisa mengurangi ketergantungan ekonomi dengan China dan dominasi China terhadap BRICS (Brazil, Russia, India, China, South Africa).

“Jadi kita melihat motif ekonomi geopolitik Indonesia ini masuk ke OECD salah satunya adalah untuk balancing investasi dari China,” kata Angelika dalam agenda Mengkaji Aksesi Indonesia Menuju OECD Dalam Perspektif Masyarakat Sipil, Selasa (23/7).

Baca Juga: OECD Bantu Indonesia Kaji Peluang Pengembangan Industri Semikonduktor

Dampak lain yang akan dirasakan yakni peluang kerjasama ekonomi yang lebih luas dengan OECD dibandingkan dengan BRICS.

Meski begitu, INFID juga menyoroti bahwa ketika Indonesia sudah bergabung dengan OECD maka ekspor yang dikirim ke negara anggota OECD tak lagi dalam bentuk bahan mentah, melainkan sudah menjadi barang jadi.

“Kita harus lihat juga bahwa jangan sampai Indonesia ini cuma menjadi negara periferi, alias negara supplier bahan-bahan baku mentah,” ungkapnya.

Angelika mencatat, saat ini ekspor Indonesia ke negara anggota OECD seperti Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat masih didominasi bahan mentah dan setengah jadi seperti batubara, kayu, karet, kertas, CPO, hingga tembakau.

“Namun kita juga harus hati-hati dalam mengolah ini, apakah ini bisa menjadi potensi atau tantangan yang justru kalau lagi diubah jadi bahaya,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×