Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) turut menyoroti manfaat langkah Indonesia bergabung dengan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
Tim Riset dari INFID Angelika Fortuna Dewi Rusdy menyampaikan saat ini perdagangan Indonesia dengan China jauh lebih besar bila dibandingkan dengan negara anggota OECD yang beranggotakan 38 negara. Anggota OECD seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, Korea Selatan, Austria, Belgia, Kanada, Jerman, hingga Australia.
Dalam hasil kajiannya, dari segi investasi dari China dampak yang dirasakan terhadap Indonesia tidak selamanya positif bagi lingkungan dan sosial.
Sehingga lanjutnya, dengan bergabungnya Indonesia ke OECD bisa mengurangi ketergantungan ekonomi dengan China dan dominasi China terhadap BRICS (Brazil, Russia, India, China, South Africa).
“Jadi kita melihat motif ekonomi geopolitik Indonesia ini masuk ke OECD salah satunya adalah untuk balancing investasi dari China,” kata Angelika dalam agenda Mengkaji Aksesi Indonesia Menuju OECD Dalam Perspektif Masyarakat Sipil, Selasa (23/7).
Baca Juga: OECD Bantu Indonesia Kaji Peluang Pengembangan Industri Semikonduktor
Dampak lain yang akan dirasakan yakni peluang kerjasama ekonomi yang lebih luas dengan OECD dibandingkan dengan BRICS.
Meski begitu, INFID juga menyoroti bahwa ketika Indonesia sudah bergabung dengan OECD maka ekspor yang dikirim ke negara anggota OECD tak lagi dalam bentuk bahan mentah, melainkan sudah menjadi barang jadi.
“Kita harus lihat juga bahwa jangan sampai Indonesia ini cuma menjadi negara periferi, alias negara supplier bahan-bahan baku mentah,” ungkapnya.
Angelika mencatat, saat ini ekspor Indonesia ke negara anggota OECD seperti Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat masih didominasi bahan mentah dan setengah jadi seperti batubara, kayu, karet, kertas, CPO, hingga tembakau.
“Namun kita juga harus hati-hati dalam mengolah ini, apakah ini bisa menjadi potensi atau tantangan yang justru kalau lagi diubah jadi bahaya,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News