Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness Eric Sugandi menyatakan, kenaikan impor di Oktober 2017 menjadi tanda permintaan dalam negeri meningkat untuk memenuhi kebutuhan akhir tahun. Namun ia melihat, kenaikan impor kemungkinan tidak berlangsung hingga akhir tahun.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai impor Oktober 2017 mencapai US$ 14,19 miliar. Angka itu naik tinggi, sebesar 11,04% dibanding bulan sebelumnya dan naik signifikan sebesar 23,33% year on year (YoY).
Menilik data BPS juga, nilai impor bulan lalu menjadi nilai impor tertinggi sejak Januari 2014. Terakhir kali impor menembus US$ 14 miliar, di Desember 2014 lalu.
Kenaikan impor terjadi di seluruh kelompok barang. Impor bahan baku atau penolong misalnya, naik 12,13% dibanding bulan sebelumnya dan 25,75% YoY, impor barang konsumsi naik 11,6% dibanding bulan sebelumnya dan naik 29,58% YoY, dan impor barang modal naik barang modal naik 5,6% dibanding bulan sebelumnya dan naik 9,8% YoY.
"Saya lihat impor sudah mulai naik karena peningkatan permintaan untuk kegiatan produksi di kuartal keempat 2017," kata Eric, Rabu (15/11). Sebab tak hanya harga yang naik, volume impor juga naik.
Eric bilang, meski impor konsumsi naik, kenaikan impor yang lebih besar terjadi pada impor bahan baku. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh permintaan swasta khususnya untuk manufaktur.
Demikian juga dengan impor barang modal yang kemungkinan datang dari permintaan pemerintah dan swasta untuk pembangunan infrastruktur.
Ia memperkirakan, impor masih akan naik hingga akhir tahun yang dipengaruhi oleh aktivitas produksi yang akan meningkat. Namun Eric juga melihat adanya kemungkinan impor menurun.
"Ada kemungkinan juga impor turun atau naik sedikit saja jika perusahaan-perusahaan sudah merasa cukup banyak impor bahan baku dan barang modal di Oktober," tambah dia.
Sementara itu, Eric melihat kenaikan ekspor Oktober 2017 sebesar 3,62% dibanding bulan sebelumnya dan 18,39% YoY menjadi US$ 15,09 miliar lebih disebabkan oleh kenaikan harga komoditas nonmigas. Eric memperkirakan, ekspor hingga akhir tahun masih akan meningkat.
"Ekspor masih akan naik karena peningkatan demand global dan kenaikan harga komoditas," ujarnya.
Dengan demikian, sepanjang tahun 2017 Indonesia akan menikmati surplus neraca perdagangan mencapai US$ 13 miliar-US$ 15 miliar, jauh lebih tinggi dari surplus tahun lalu yang sebesar US$ 9,53 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News