kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Masih ada catatan, disiplin jadi kunci keselamatan sekolah tatap muka


Selasa, 06 April 2021 / 09:00 WIB
Masih ada catatan, disiplin jadi kunci keselamatan sekolah tatap muka


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berencana kembali membuka sekolah untuk pembelajaran siswa secara langsung. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kabarnya bakal menyelenggarakan Pembelajaran Tatap Muka pada Juli 2021.

Sejumlah daerah, seperti DKI Jakarta segera melakukan uji coba pembelajaran tatap muka untuk SD, SMP, SMA serta SMK. Kendati begitu, kebijakan tersebut bukan tanpa catatan.

Pengamat Pendidikan Doni Koesoema mengatakan, jika pembelajaran tatap muka jadi diberlakukan maka proses belajar di sekolah tetap harus didesain aman, nyaman dan bermakna bagi siswa.

Pada prinsipnya pembelajaran tatap muka harus dilakukan ketika data objektif kondisi covid-19 sudah benar-benar terkendali dan aman.

Baca Juga: Stok vaksin corona terbatas, Menkes prioritaskan vaksinasi untuk lansia

Minimal, zona sebuah kota atau kabupaten tersebut ada dalam kategori kuning atau hijau. Pergerakan kasus harian covid-19 di daerah tersebut mesti diperhatikan dan jadi pertimbangan utama.

"Kalau pembelajaran tatap muka saat zona covid masih kategori merah dan oranye sangat berisiko bagi keamanan dan keselamatan peserta didik, guru dan tenaga pendidikan," kata Doni kepada Kontan.co.id, Senin (5/4).

Meski ada vaksin bagi tenaga pendidikan, namun hal itu dinilai masih belum menjadi jaminan. Sebab, kekebalan komunitas atau herd immunity baru bisa dikatakan lebih aman jika sudah mencapai 80%.

Oleh sebab itu, langkah yang harus dipastikan adalah penerapan protokol kesehatan yang harus diimplementasikan secara disiplin.

"Kalau 80% penduduk divaksinasi, kondisi ini lebih aman. Kalau belum, penularan bisa terjadi dari orang tua ke siswa dan antar siswa. Untuk Protokol kesehatan, Kemendikbud sudah memiliki daftar periksa, sehingga perlu ditaati," ungkap Doni.

Dihubungi terpisah, Guru Besar Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Hasbullah Thabrany mengamini, pembelajaran tatap muka masih memiliki risiko penularan covid-19 yang tinggi. Disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan harus diterapkan secara konsisten.

Namun yang menjadi tantangan, bagaimana memastikan anak-anak usia dini seperti TK atau SD bisa benar-benar menaati protokol kesehatan saat sekolah berlangsung. Padahal, penyebaran virus bisa kapan saja, termasuk saat anak sedang mengobrol, makan atau bermain.

"Oleh karena itu, persyaratan sekolah aman, hanya bisa dipenuhi oleh guru dan murid yang bisa diajak berdisiplin. Kalau siswa SMA atau SMK, dan perguruan tinggi, Insha Allah bisa," sebut Thabrany.

Baca Juga: Sekolah tatap muka, wajib memberikan perlindungan berlapis untuk anak-anak

Vaksinasi terhadap tenaga pendidikan, hingga ke masyarakat luas termasuk anak-anak sekolah juga harus diperhatikan. Thabrany berpesan, jangan sampai di tengah vaksinasi yang belum merata, kurva penularan covid-19 yang mulai melandai malah kembali menanjak dan masuk ke gelombang berikutnya.

"Apalagi (virus) bisa bermutasi. Jadi harus dijaga itu (protokol kesehatan). Kalau itu bisa diyakinkan, maka silakan (pembelajaran tatap muka). Harus disiplin prokes, itu syarat utama dibukanya sekolah," pungkas Thabrany.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×