Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
Memang sepanjang tahun lalu harga CPO mengalami kenaikan drastis. Berdasarkan Malaysia Derivatives Exchange harga CPO menguat 35,97% ditutup di level RM 3.052 per ton pada akhir Desember 2019. Bahkan pada penutupan perdagangan Senin (13/1) harga minyak sawit melejit lagi hingaa RM 3.117 per ton atau menguat 2,12% year to date (ytd).
Kepala Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan, prospek CPO akan moncer di tahun ini akibat B30, ini memperkuat demand dalam negeri setelah supply terganggu akibat kebijakan Uni Eropa yang mengurangi impor komoditas andalan Indonesia tersebut.
Baca Juga: Berikut saham yang layak dikoleksi awal tahun 2020 versi analis
Setali tiga uang, Indonesia dan Malaysia sebagai produsen terbesar CPO memiliki posisi sangat menentukan supply sekaligus harga. Kebijakan B30 di Indonesia dan B20 di Malaysia dinilai akan mengurangi secara drastis supply CPO di pasar global. Dampaknya harga akan naik.
“Itu yang sekarang terjadi dan sangat disyukuri oleh para petani sawit. Nilai ekspor CPO akan beranjak naik walaupun volume ekspor bisa jadi sedikit menurun,” kata Piter kepada Kontan.co.id, Senin (13/1).
Menurut Piter, secara umum kebijakan B30 memiliki tiga dampak positif. Pertama nilai ekspor naik karena harga CPO yang naik. Kedua, impor solar turun karena adanya substitusi biosolar. Ketiga, defisit migas berkurang.
Baca Juga: Tawarkan 410 Juta Saham Baru Melalui, CSRA Mengincar Dana Rp 51,25 Miliar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News