Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah tekanan penurunan penerimaan pajak yang mencapai 30,19% pada awal 2025, harapan terhadap Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebagai penopang fiskal semakin mengemuka.
Dengan kontribusi yang telah mencapai Rp 76,4 triliun atau 14,9% dari target APBN hingga Februari, PNBP bisa menjadi strategi pemerintah dalam menyeimbangkan anggaran negara.
Namun, di balik angka tersebut, tantangan besar masih membayangi. Hampir seluruh sektor PNBP mengalami kontraksi, kecuali Kekayaan Negara Dipisahkan (KND) yang tumbuh signifikan.
Baca Juga: Cegah Penerimaan Turun, Ditjen Pajak & Komisi XI DPR Sepakat Pakai Sistem Pajak Lama
Kendati begitu, Kepala Center of Macroeconomics and Finance Indef M Rizal Taufikurahman menilai bahwa peningkatan pada KND belum cukup untuk mengompensasi penurunan pada sektor PNBP lainnya.
Menurutnya, ketergantungan terhadap sumber daya alam (SDA), yang selama ini menjadi tulang punggung PNBP, masih tinggi, sementara volatilitas harga komoditas membuat penerimaan negara menjadi tidak stabil.
"Jika tidak ada langkah konkret untuk memperbaiki tata kelola dan optimalisasi sumber pendapatan nonpajak, maka defisit fiskal bisa semakin melebar," ujar Rizal kepada Kontan.co.id, Jumat (14/3).
Untuk meningkatkan setoran PNBP di tahun ini, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah strategis, terukur, dan doable.
Baca Juga: Coretax Jadi Senjata Baru Cegah Penghindaran Pajak?
Pertama, optimalisasi sektor sumber daya alam harus dilakukan dengan meningkatkan efisiensi produksi dan mengeksplorasi sumber daya baru.
Kedua, dorongan terhadap peningkatan dividen BUMN perlu dilakukan dengan menekan efisiensi dan profitabilitas BUMN agar kontribusinya ke PNBP semakin besar.
Ketiga, pemanfaatan aset negara harus lebih dioptimalkan melalui kerja sama pemanfaatan atau penyewaan aset negara untuk meningkatkan pendapatan.
Keempat, diversifikasi sumber PNBP sebagai langkah yang tak kalah penting. Rizal mengatakan, pemerintah harus mencari potensi pendapatan dari sektor-sektor non-tradisional (non-traditional goods) seperti jasa lingkungan, pariwisata, dan digitalisasi pelayanan publik.
Baca Juga: Eks Pejabat Pajak Jadi Tersangka Korupsi, Bisa Gerus Kepatuhan Sukarela Wajib Pajak
Kelima, Reformasi regulasi yang menyederhanakan birokrasi dan memberikan insentif bagi investasi juga dapat membantu meningkatkan pendapatan negara.
Keenam, kerja sama internasional dalam pengawasan arus keuangan, seperti melalui skema Automatic Exchange of Information (AEOI), perlu diperkuat guna menekan potensi kebocoran penerimaan negara.
"Tanpa upaya yang lebih sistematis, terukur dan strategis, PNBP tidak akan mampu menutup kekurangan penerimaan pajak hingga akhir tahun," katanya.
Oleh karena itu, Rizal mendorong pemerintah untuk segera mempercepat reformasi dalam pengelolaan PNBP untuk memastikan bahwa defisit APBN tetap terkendali dan stabilitas fiskal terjaga.
Sementara itu, Pengamat sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menilai bahwa PNBP akan berat menjadi tumpuan utama penerimaan negara mengingat saat ini masih bergantung pada harga komoditas.
Baca Juga: Pekerjaan Berat Pemerintah Genjot Penerimaan Pajak di Saat Dana Belanja Menanjak
Pasalnya, ketika harga komoditas menurun, sudah pasti setoran PNBP juga akan ikut turun.
"Harus ada diversifikasi PNBP bukan hanya dalam sumber daya alam saja, namun ada sumber PNBP baru. Contohnya dari mineral kritis ataupun carbon storage," kata Huda.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan pemerintah untuk meningkatkan setoran PNBP hingga akhir tahun nanti.
Misalnya saja dengan upaya meningkatkan lifting minyak dan gas serta memastikan program hilirisasi kebijakan pertambangan pemerintah juga berjalan sehingga memberikan kontribusi terhadap penerimaan PNBP.
"Dan pengelolaan barang negara yang bisa dijadikan sebagai tambahan untuk kontribusi PNBP itu sendiri," kata Yusuf.
Selanjutnya: Sepekan Ini Rupiah Melemah 0,34%, Cermati Peluangnya Pekan Depan
Menarik Dibaca: Semarang Diguyur Hujan Mulai Pukul 10 Pagi, Pantau Cuaca Besok di Jawa Tengah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News