Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik bakal merilis proyeksi Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II-2019 pada Senin (5/8). Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI) meramal pertumbuhan ekonomi hanya melaju di gigi satu.
Head of Research LPEM UI Febrio N. Kacaribu meramal pertumbuhan PDB kuartal II-2019 akan berada di level 5,1%. Angka tersebut tumbuh tipis dibanding kuartal I-2019 di level 5,07%. Namun, lebih rendah daripada periode sama 2018 yakni 5,27%.
Baca Juga: The Fed hawkish, harga emas masih bisa menuju US$ 1.500
Terlepas dari faktor musiman, Febrio menilai pada bulan April-Juni 2019 ada dua faktor utama yang membuat laju pertumbuhan ekonomi ngeden. Pertama, tensi perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang menyebabkan perlambatan ekonomi global.
Kedua, sikap investor yang menunggu jelang Pemilu 2019 diperkirakan sebagai faktor yang menghambat konsumsi dan investasi rumah tangga secara keseluruhan.
Oleh karena itu, sektor manufaktur diprakirakan bakal lebih melambat dibanding kuartal I-2019. Tanda-tanda tersebut dirasakan sektor yang merupakan kontributor terbesar yang mana hanya tumbuh 3,95% year on year (yoy) pada triwulan I-2019.
Baca Juga: Nestle Indonesia Anggarkan Investasi Rp 1,4 Triliun Guna Perluasan Pabrik
“Pemerintah baru harus segera membuat agenda reformasi struktural dengan langkah-langkah berani dan signifikan untuk menghidupkan kembali daya saing industri manufaktur Indonesia,” kata Febrio dalam analisisnya, Jumat (2/8).
Nah, permasalahannya selama 20 tahun terakhir, ekonomi Indonesia masih terus terpusat di Jawa atau 59% dari total PDB. Kata Febrio pemerintah harus melakukan lebih banyak inisiatif baru, baik investasi infrastruktur maupun mendorong investasi swasta, di luar Jawa.
Di sisi lain, Febro mengatakan PDB kuartal-II 2019 masih bisa naik meski pelan. Pada kuartal II-2019 dia meramal konsumsi bakal menguat dibanding kuartal I-2019 karena momentum Ramadan dan Idul Fitri.
Baca Juga: Berikut agenda dalam negeri yang layak dicermati sepanjang pekan ini dan pekan depan
Sehingga, terdapat kemungkinan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi untuk yang didukung oleh iklim investasi yang lebih jelas.
Sementara, stabilitas rupiah terjaga. “Didukung oleh pengembalian investasi portofolio yang relatif menarik karena membaiknya kondisi eksternal dan domestik,” kata Febrio.
Mata uang Garuda dalam pasar spot sepanjang kuartal II-2019 menguat 0,82%. Ditutup sebesar Rp 14.126 per dollar AS pada akhir bulan Juni lalu.
Baca Juga: Kurs Rupiah bisa Lebih Berotot, sebaliknya IHSG mungkin Melandai
Sampai dengan akhir tahun 2019, Febrio memprediksi pertumbuhan PDB 2019 sebesar 5,1%-5,2%. Angka ini lebih rendah dari estimasi kami sebelumnya di 5,2%-5,3%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News