kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

LPEM UI: Pelonggaran suku bunga acuan masih diperlukan di tahun ini


Kamis, 23 Januari 2020 / 15:13 WIB
LPEM UI: Pelonggaran suku bunga acuan masih diperlukan di tahun ini
ILUSTRASI. Pejalan kaki melintas dekat air mancur di gedung Bank Indonesia (BI), Jakarta, Senin (25/3). LPEM UI menilai pelonggaran suku bunga acuan masih diperlukan di tahun ini. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/25/03/2019


Reporter: Grace Olivia | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengumumkan tetap mempertahankan suku bunga acuan pada level 5% pada Januari 2020. Keputusan tersebut berdasarkan hasil Rapat Dewan Gubernur BI yang digelar sejak kemarin, Rabu (22/1) hingga hari ini. 

Meski begitu, Kepala Penelitian Makroekonomi dan Finansial LPEM UI Febrio Kacaribu, dalam Seri Analisis Makroekonomi Januari yang diterima Kontan, Kamis (23/1), menilai, BI perlu melanjutkan pemotongan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps). 

Baca Juga: BI pertahankan suku bunga acuan 5% pada Januari 2020

Menurutnya, BI perlu mempertimbangkan untuk menerapkan arah kebijakan yang lebih akomodatif tahun ini untuk mencegah pelemahan permintaan agregat dalam negeri terus berlanjut. 

“BI sebaiknya menyesuaikan arah suku bunga acuannya untuk memperkuat permintaan agregat yang melemah,” tulisnya. 

Seperti diketahui, inflasi secara keseluruhan pada 2019 tercatat hanya sebesar 2,72% yoy. Angka inflasi tersebut memberikan gambaran komprehensif mengenai kondisi makroekonomi dan daya beli di Indonesia. 

“Ini mengindikasikan pelemahan permintaan agregat dibandingkan angka inflasi umum tahun 2019 yang sebesar 3,13% yoy dan inflasi 2019 merupakan yang terendah dalam 10 tahun terakhir,” lanjut Febrio. 

Baca Juga: Hindari kejenuhan pasar, penerbitan sukuk ritel tahun ini hanya tiga kali

Tambah lagi, dorongan besar pada permintaan agregat yang mestinya dipicu oleh peristiwa Pemilu dan Ramadan yang berlangsung secara bersamaan pada tengah tahun ternyata tak cukup untuk mengangkat permintaan agregat. 

Walaupun masih dalam koridor target BI, inflasi 2019 dirasa tidak cukup untuk mendorong permintaan secara substansif dimana angka inflasi tahunan 2,72% hanya berada di kisaran bawah dari koridor target inflasi BI 3.5% ± 1. 

“Data ini cukup merefleksikan kondisi ekonomi secara keseluruhan dimana 2019 merupakan tahun perlambatan ekonomi,” kata Febrio. 

Adapun, LPEM melihat kondisi ekonomi domestik saat ini relatif stabil dan memiliki performa yang cukup baik di tengah perlambatan ekonomi dan ketidakpastian global yang masih meningkat. Kondisi yang positif terlihat dari arus modal portofolio yang deras sera penguatan nilai tukar rupiah. 

Baca Juga: Kembali menguat, rupiah pada kurs tengah BI capai Rp 13.626 per dolar AS

LPEM juga memprediksi, beberapa dampak positif akan muncul sebagai imbas dari empat kali penurunan suku bunga BI yang dilakukan tahun lalu. 

“Namun, kami melihat bahwa pelonggaran lebih lanjut dapat menolong pertumbuhan kredit lebih cepat. Hal ini diperlukan perekonomian domestik untuk menghindari pelemahan permintaan agregat lebih jauh, yang akan berdampak pada perlambatan pertumbuhan PDB,” tutup Febrio. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×