kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

LPEM UI: Bank Indonesia perlu pertahankan kebijakan moneter lebih longgar


Kamis, 18 Januari 2018 / 09:50 WIB
LPEM UI: Bank Indonesia perlu pertahankan kebijakan moneter lebih longgar
ILUSTRASI. Dewan Gubernur Bank Indonesia


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada hari ini, Kamis (18/1/). Selain melakukan assessment terhadap kondisi dan perkembangan perekonomian terkini, RDG BI juga akan memutuskan suku bunga acuan BI 7-day Repo Rate.

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) dalam kajiannya menyatakan, BI perlu mempertahankan suku bunga beberapa bulan ke depan, dengan bias kebijakan moneter yang lebih longgar. 

Kepala Kajian LPEM FEB UI Febrio N Kacaribu mengungkapkan, langkah paling tepat bagi BI adalah tetap mempertahankan sikap wait and see dan mempertahankan tingkat suku bunga saat ini.

“Dari sisi eksternal, tekanan terhadap rupiah sudah jauh berkurang. Reaksi pasar terhadap kenaikan suku bunga Federal Reserves lebih tenang dari yang diperkirakan,” katanya kepada Kontan.co.id, Kamis (18/1).

Febrio menjelaskan, minat untuk memegang dollar AS cenderung berkurang. Hal ini ditunjukkan oleh berkurangnya porsi US$ dalam cadangan devisa bank-bank sentral dunia, dari 66% di triwulan-I 2015 menjadi 63,5% di triwulan-III 2017.

Menurut dia, retorika Trump, terutama dalam mengurangi peran AS dalam melindungi sekutu-sekutunya dan perang kata-kata dengan Korea Utara, mengurangi kepercayaan negara-negara lain terhadap komitmen AS dalam menjaga keamanan global.

Oleh karena itu, diperkirakan tindakan dan retorika Presiden Trump tidak akan berubah ke depannya. Dengan demikian, terdapat peningkatan peluang USD tetap lemah serta mengurangi risiko depresiasi rupiah di 2018.

“Berdasarkan kondisi saat ini, BI dapat tetap melanjutkan sikap wait-and-see selama beberapa bulan ke depan,” ucapnya.

Ada beberapa sentimen yang bisa membuat BI cukup tenang. Di antaranya arus modal masuk yang kuat ke Indonesia dan saham global, yang mendorong peningkatan rupiah, penurunan imbal hasil surat utang, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menembus rekor tertinggi sepanjang masa.

“BI bahkan mencoba menahan penguatan rupiah, yang terlihat dari cadangan devisa yang naik ke rekor tertinggi sebesar US$130,2 miliar di Desember 2017,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×