Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memperkirakan pertumbuhan di tahun mendatang akan berkisar 5,2% hingga 5,4%.
Kepala Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Agus Eko Nugroho mengatakan, asumsi kepastian global yang akan lebih baik di tahun mendatang salah satu alasan mengapa pertumbuhan ekonomi di 2019 akan lebih baik dibandingkan tahun ini.
"Ekspektasi kami, kita menuju pada tren perbaikan ekonomi global. Kita berharap bahwa perang dagang itu akan bisa terpecahkan di 2019. Harapannya pertumbuhan global akan semakin baik," tutur Agus, Kamis (20/12).
Agus menerangkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan tendensi perbaikan.
Dia pun mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih didominasi oleh konsumsi yang bisa mencapai 50% dan pembentukan modal tetap bruto.
Karena itu, Agus menjelaskan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tahun depan, konsumsi domestik harus diperkuat, investasi diperbesar dan ekspor yang berbasis pada industri pengolahan ditingkatkan.
LIPI melihat, konsumsi rumah tangga seperti makanan dan transportasi sudah semakin stabil. Karena itu, Agus memandang bila konsumsi telekomunikasi, resort dan hotel ditingkatkan, maka bisa mendorong konsumsi domestik secara signifikan.
"Sektor pariwisata menjadi aspek penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi. Catatan kami, bagaimana konsumsi kelas menengah untuk pariwisata juga menjadi komponen penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia," jelas Agus.
LIPI pun menyarankan supaya pemerintah terus meningkatkan Kawasan Ekonomi Khusus pariwisata berdasarkan empat pilar, yakni infrastruktur, sumber daya manusia, keuangan dan tata kelola sebagai salah satu alternatif memperkuat stabilitas, daya saing dan inklusifitas ekonomi nasional.
Sementara, di sisi investasi, Peneliti LIPI Maxensius Tri menjelaskan, insentif menjasi salah satu faktor yang penting untuk mendorong investasi. Melihat itu, Indonesia perlu mengevaluasi insentif-insentif yang diberikan kepada pengusaha.
"Kita harus mengevaluasi insentif yang diberikan, kalau sudah ada kenapa belum ada yang masuk. Di mana problemnya," tutur Maxensius.
Selanjutnya, infrastruktur harus dibangun sehingga biaya logistik dapat ditekan, tak hanya itu, upah tenaga kerja juga harus bergerak dalam ranah yang rasional.
Pesta demorasi yang akan diadakan di 2019 telah meningkatkan tensi politik sejak 2018. Peneliti LIPI Syarif Hidayat memandang, Pemilu ini bisa saja dijadikan ajang transaksi politik oleh para investor besar. Meski begitu, adanya masa kampanye menjadi salah satu pendorong perekonomian di tahun depan.
"Ini bisa berdampak positif bagi usaha kecil dan rumah tangga. Terjadi perputaran uang yang cukup besar di daerah terutama dalam rangka kampanye. Ada yang beli spanduk, kaos, pemesanan catering, konsumsi akan didorong oleh itu," tutur Syarif.
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, LIPI memproyeksi inflasi akan berada di kisaran 3,5% - 3,96%. Untuk menjaga inflasi ini, pemerintah perlu menjaga stabilitas harga, seperti harga bahan bakar. Untuk nilai tukar, LIPI memproyeksi nilai tukar rupiah akan berkisar Rp 15.275 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News