Reporter: Grace Olivia | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Performa nilai tukar rupiah semakin perkasa dalam sepekan terakhir. Hari ini, Jumat (27/12), kurs rupiah ditutup menguat 0,04% ke level Rp 13.952 per dollar Amerika Serikat (AS).
Begitu juga dengan posisi kurs rupiah berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, menguat ke level Rp 13.956 per dollar AS. Dalam sepekan terakhir, rupiah mencatat penguatan sebesar 0,26%.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, penguatan nilai tukar rupiah tersebut sejalan dengan aliran modal asing yang masuk ke pasar domestik sepanjang sepekan terakhir.
Baca Juga: Akhir pekan, rupiah ditutup menguat 0,04% di hadapan dolar AS
“Selama seminggu terakhir sampai dengan 26 Desember, modal yang masuk sebesar Rp 34,7 triliun, […] Jadi itu faktor pertama yang menjaga stabilitas eksternal nilai tukar rupiah kita, karena aliran modal asing masuk,” tutur Perry, Jumat (27/12).
Selain itu, terjadinya capital inflow menurutnya juga menunjukkan adanya kepercayaan para investor di pasar terhadap ekonomi Indonesia, baik dari sisi kinerjanya maupun prospeknya
Investor meyakini kredibilitas kebijakan-kebijakan yang ditempuh BI dan pemerintah sehingga memperkuat kepercayaan, didukung oleh kondisi supply dan demand valas di pasar yang juga baik, turut menyokong kinerja rupiah.
Perry merinci, inflow terjadi di pasar saham sebesar Rp 2,53 triliun, pasar SBN Rp 450 miliar, dan Sertifikat BI (SBI) sebesar Rp 400 miliar selama sepekan terakhir.
Baca Juga: Tak jadi pakai tarrif adjustment, tarif listrik tak akan naik tahun depan
Adapun secara year-to-date, BI mencatat aliran modal asing yang masuk ke pasar domestik mencapai Rp 226 triliun. Terdiri dari inflow pada pasar SBN sebesar Rp 171,6 triliun, pasar saham sebesar Rp 48,9 triliun, obligasi korporasi Rp 2,9 triliun, dan SBI sebesar Rp 2,6 triliun sepanjang tahun ini.
“Confidence investor terjaga karena premi risiko Indonesia saat ini sangat rendah. Ini tecermin dari premi kredit di pasar spot dan swap yang rendah yaitu 61,01 basis poin. Ini sangat rendah tidak hanya dalam sejarah Indonesia tetapi juga dibandingkan dengan negara emerging market lain sehingga itu menunjukkan bagaimana confidence investor ke Indonesia,” terang Perry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News