Reporter: Grace Olivia | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak akhir pekan lalu, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) menguat signifikan. Sebaliknya, harga minyak mentah dunia justru merosot tajam.
Padahal, pemerintah telah mematok asumsi kurs rupiah Rp 15.000 per dollar AS dan harga minyak mentah (ICP) sebesar US$ 70 per barel dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019.
Kurs rupiah hari ini ditutup pada level Rp 14.539 per dollar AS. Sementara, kurs tengah rupiah di Bank Indonesia sebesar Rp 14.651 per dollar AS.
Adapun, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) tercatat US$ 62,22 per barel. Harga minyak Brent dipatok US$ 72,77 per barel.
Namun, Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani, mengatakan, pemerintah belum akan mengubah asumsi makroekonomi dalam APBN 2019.
"Tunggu jalan dulu di 2019. Baru saja disepakati dengan DPR," ujar Askolani kepada Kontan, Kamis (8/11).
Ia menjelaskan, pemerintah tentu akan mengevaluasi secara berkala asumsi-asumsi tersebut. Hanya saja, evaluasi baru akan dilakukan setelah APBN 2019 tersebut dilaksanakan.
"Tentunya kita lihat reviewnya dari pelaksanaan 2019 setelah beberapa bulan berjalan, baru tahu evaluasinya. Demikian mekanisme nya," lanjut Askolani
Di sisi lain, Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail mengatakan, kurs rupiah menurut non-delivery forward (NDF) untuk sebulan ke depan berada di level Rp 14.600 per dollar AS. Artinya, besar kemungkinan rupiah akan ditutup di bawah Rp 15.000 per dollar AS di akhir 2018 nanti.
"Ini berarti rupiah akan relatif stabil di posisinya saat ini sampai akhir tahun," kata Mikail, Kamis (8/11).
Senada, Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri juga memprediksi rupiah mampu mempertahankan kekuatannya di bawah level Rp 15.000 per dollar AS sampai akhir tahun.
Menurutnya, aliran dana asing terus masuk ke pasar domestik seiring dengan sentimen positif dari dalam maupun luar negeri beberapa hari terakhir.
"Tekanan perang dagang menurun setelah rencana kesepakatan AS-China, juga kesepakatan Brexit yang mendorong capital flight ke aset non-USD,"" kata Reny, Kamis (8/11).
Namun, keduanya juga belum melihat urgensi pemerintah meninjau ulang asumsi makroekonomi untuk nilai tukar rupiah maupun harga minyak dalam APBN 2019. Pasalnya, masih ada ruang fluktuasi bagi rupiah dan harga minyak di tahun depan akibat berbagai sentimen global.
"Asumsi pemerintah dalam APBN 2019 sudah dalam koridor yang oke. Evaluasi perlu, tapi lebih baik setelah kuartal-I 2019 saja," tandas Reny.
Bank Mandiri memasang asumsi rupiah pada level Rp 15.610 dan harga minyak US$ 80 per barel pada akhir 2019. Sementara, mengacu pada posisi NDF 12 bulan, Samuel Sekuritas memproyeksi rupiah di posisi Rp 15.300 dan harga minyak US$ 72 per barel tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News