kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.914.000   -1.000   -0,05%
  • USD/IDR 16.375   30,00   0,18%
  • IDX 7.615   71,26   0,94%
  • KOMPAS100 1.060   12,24   1,17%
  • LQ45 803   8,71   1,10%
  • ISSI 254   2,19   0,87%
  • IDX30 416   4,77   1,16%
  • IDXHIDIV20 477   5,07   1,07%
  • IDX80 120   1,30   1,09%
  • IDXV30 123   1,76   1,45%
  • IDXQ30 132   1,14   0,87%

KSSK Optimistis Ekonomi Indonesia Bakal Tumbuh di Level 5% pada 2025


Senin, 28 Juli 2025 / 17:55 WIB
KSSK Optimistis Ekonomi Indonesia Bakal Tumbuh di Level 5% pada 2025
ILUSTRASI. Suasana bongkar muat petikemas di Jakarta International Container Terminal (JICT), Rabu (9/7/2025). Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) optimistis ekonomi Indonesia dapat tumbuh di kisaran 5% pada 2025.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) optimistis ekonomi Indonesia dapat tumbuh di kisaran 5% pada 2025 meski dihadapkan pada tekanan ketidakpastian global yang masih tinggi.

Optimisme tersebut seiring dengan stabilitas sistem keuangan Indonesia yang terjaga pada kuartal II-2025, didorong oleh kombinasi kebijakan stabilisasi dan reformasi struktural.

Hal ini yang disampaikan Ketua KSSK, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konfrensi pers koordinasi KSSK ke-III 2025 yang digelar bersama Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). 

Baca Juga: Ada Perang Dagang, KSSK: Sistem Keuangan Indonesia Masih Terjaga Pada Kuartal I-2025

Sri Mulyani menyebut, keberhasilan dalam negosiasi penurunan tarif ekspor ke AS juga dinilai akan memperkuat kinerja sektor padat karya seperti tekstil dan furniture.

"Berbagai perkembangan dan kondisi strategi kebijakan akan terus ditingkatkan untuk mendorong multiplier efek yang lebih besar sehingga ekonomi Indonesia tahun 2025 diproyeksikan masih akan tumbuh di sekitar 5%,” tegas Sri Mulyani, Senin (28/7). 

Sri Mulyani menyebut, pertumbuhan ekonomi nasional masih ditopang oleh konsumsi masyarakat, daya beli yang terjaga, serta aktivitas dunia usaha yang relatif tangguh.

Peran APBN sebagai instrumen counter-cyclical juga menjadi kunci penting dalam menjaga momentum pertumbuhan. “Kita di KSSK optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan kedua akan tetap terjaga,” katanya.

Kondisi global dinilai masih diliputi ketidakpastian, terutama akibat kebijakan tarif resiprokal antara Amerika Serikat dan China, serta eskalasi geopolitik di Timur Tengah. Situasi ini turut memengaruhi perdagangan global, aliran modal, dan stabilitas nilai tukar.

Baca Juga: Bursa Saham Indonesia Tertekan, Banggar DPR Minta KSSK Bertindak

Berbagai lembaga internasional pun telah memangkas proyeksi pertumbuhan global 2025. Bank Dunia merevisi turun dari 3,2% menjadi 2,9%, sementara OECD menurunkan proyeksi dari 3,1% menjadi 2,9%.

Di tengah tekanan eksternal tersebut, indikator makroekonomi domestik tetap menunjukkan stabilitas. Nilai tukar rupiah menguat ke level Rp16.235 per dolar AS per 30 Juni 2025, dari sebelumnya sempat menyentuh Rp16.865 pada April lalu.

Penguatan rupiah ini didorong oleh kebijakan stabilisasi BI serta aliran masuk modal asing, termasuk hasil konversi devisa ekspor dari sektor sumber daya alam.

Sementara itu, cadangan devisa tetap tinggi, mencapai US$152,6 miliar—setara 6,4 bulan impor dan lebih dari dua kali standar kecukupan internasional.

Inflasi juga dalam jalur yang terjaga. Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat 1,87% pada akhir Juni 2025. Inflasi inti menurun ke level 2,37% secara tahunan. Pemerintah menargetkan inflasi 2025 berada di kisaran 2,5% ±1%.

Namun, Sri Mulyani mengakui bahwa sektor manufaktur masih menunjukkan kontraksi. PMI manufaktur Indonesia pada Juni tercatat 46,9, di bawah ambang batas ekspansi.

Baca Juga: Pemerintah Siapkan Paket Stimulus Ekonomi di Semester II-2025

“Kinerja sektor manufaktur dan sektor swasta akan terus didorong agar mampu berperan sebagai penggerak utama pertumbuhan,” tambahnya.

KSSK menyatakan bahwa berbagai kebijakan strategis akan terus ditingkatkan untuk menciptakan efek ganda (multiplier effect) terhadap perekonomian. Ini termasuk dorongan terhadap sektor padat karya seperti tekstil dan furniture, yang diperkirakan akan terdongkrak oleh keberhasilan negosiasi tarif ekspor ke AS.

Selanjutnya: Chatib Basri: Tantangan Deregulasi Ekonomi Justru Datang dari Birokrasi

Menarik Dibaca: 6 Manfaat Membaca Buku Setiap Hari, Baik untuk Kesehatan Mental

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×