Reporter: Uji Agung Santosa |
JAKARTA. Surplus perdagangan Indonesia pada 2008 sebesar US$ 7,97 miliar, anjlok dibanding tahun 2007 yang sebesar US$ 39,591. Anjloknya neraca perdagangan berjalan Indonesia Januari-Desember 2008 mengambarkan bagaimana dampak krisis ekonomi global berakibat bagi industri nasional.
Pada 2007, Indonesia membukukan total ekspor US$ 113,993 miliar sedangkan impor US$ 74,402 miliar sehingga surplusnya US$ 39,591 miliar. Sedangkan pada 2008, dalam periode Januari-Desember 2008 Indonesia membukukan total nilai ekspor sebesar US$ 136,76 miliar sedangkan total impor mencapai US$ 128,79 miliar. Ekspor non migas 2008 sebesar US$ 107,80 miliar.
Namun menurut Direktur Statistik dan Distribusi BPS Agus Suherman, neraca perdagangan pada 2007 dan 2008 tidak bisa dibandingkan. Karena pada 2008, BPS telah memperhitungkan nilai impor di kawasan berikat dan di luar kawasan berikat sedangkan pada 2007 belum diperhitungkan.
Data BPS menunjukkan, total nilai impor selama Januari-Desember 2008 di luar kawasan berikat dari data BPS sebesar US$ 105,10 miliar sedangkan nilai impor di kawasan berikat mencapai US$ 23,69 miliar. Sehingga jika dikurangkan dengan total impor di kawasan berikat maka surplus perdagangan 2008 sebesar US$ 31,66 miliar.
"Walaupun ekspor turun yang jelas masih ada surplus. Memang terjadi penurunan nilai ekspor dari bulan ke bulan, jika tidak ada penurunan maka nilai surplusnya akan lebih besar," kata Agus Suherman di Jakarta, kemarin.
Ia melanjutkan, ekspor Indonesia disokong oleh 10 produk unggulan seperti Crude Palm Oil (CPO), batubara dan karet. Penurunan harga termasuk volume ekspor di 10 komodiiti tersebut menyebabkan pada quartal VI 2008 pertumbuhan nilai ekspor anjlok. Jika pada 2009, harga dan volume ekspor komoditi-komoditi tersebut kembali menurun maka bisa dipastikan neraca perdagangan akan lebih jeblok.
Deputi Bidang Statistik, Jasa dan Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Ali Rosidi mengatakan bahwa nilai ekspor Indonesia Januari-Desember 2008 menurut sektor, maka ekspor hasil pertanian meningkat 34,98%, ekspor hasil industri naik 15,15% dan ekspor hasil tambang naik 24,62% dibanding periode yang sama 2007.
"Penurunan ekspor non migas terbesar Desember 2008 terjadi pada lemak dan minyak hewan nabati sebesar US$ 382,6 juta, sedangkan peningkatan terbesar pada bijih, kerak dan abu logam sebesar US$ 191,6 juta," kata Ali Rosidi.
Negara tujuan ekspor terbesar periode Januari-Desember 2008 ke Jepang sebesar US$ 13,81 miliar, disusul kemudian ke Amerika Serikat dan Singapura.
Selama Januari-Desember 2008 nilai impor Indonesia mencapai US$ 128,79 miliardengan impor migas sebesar US$ 30,47 miliar dan impor non migas sebesar US$ 98,32 miliar. Selama periode itu, impor non migas terbesar adalam mesin dan pesawat mekanik dengan nilai US$ 17,88 miliar dengan pemasok terbesar oleh China dan Jepang.
Menurut golongan penggunaan barang, peranan impor untuk barang konsumsi dan bahan baku penolong selama Desember 2008 mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya. Sedangkan peranan impor barang modal meningkat 8,42%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News