Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. B.R.A Kosmariam Djatikusomo, penumpang Garuda Indonesia yang menjadi korban insiden tumpahnya air panas oleh awak kabin pada penerbangan bernomor GA-264 ternyata merupakan cucu dari Pakubuwuno X.
"Beliau adalah anak pahlawan nasional KPH Djatikusumo dan cucu daei Pakubuwono X," kata David Tobing, kuasa hukumnya saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (12/4).
David membeberkan identitasnya lantaran banyak yang bertanya kepadanya siapa Kosmariam. Ia juga menambahkan, Kosmariam kecewa dengan tanggapan dari pihak Garuda yang ditulis dalam pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya.
"Menurut saya Garuda yang harus aktif mengejar si ibu agar tuntas, bukan si ibu yang harus mengemis," sambungnya.
Insiden tumpahnya air panas sendiri terjadi pada 29 Desember 2017, di mana Kosmariam yang berada di dalam pesawat GA-264 rute Jakarta-Banyuwangi.
Insiden terjadi ketika pramugari Garuda sedang memberikan makanan kepada penumpang (Meal and Beverage Serving), dan menumpahkan dua gelas air panas ke tubuh Kosmariam sehingga mengakibatkannya mengalami cacat tetap.
David sebelumnya menjelaskan bahwa setelah kejadian, pihak Garuda tak pernah menghubungi kembali Kosmariam terkait insiden tersebut selama 1,5 bulan.
Namun hal ini dibantah oleh Senior Manager Public Relation Garuda Ikhsan Rosan. Ia mengatakan justru Garuda berperan aktif dan bertanggung jawab atas insiden tersebut.
"Begitu kejadian, kita langsung bawa ke rumah sakit. Kembali ke Jakarta pun, kita tetap support biaya pengobatan ke penumpang," kata Ikhsan saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (11/4).
Ikhsan juga menambahkan, bahwa pihak Garuda telah memberikan pesan kepada Kosmariam bahwa siap dihubungi kapan pun, jika ada kebutuhan lainnya terkait pengobatan.
Namun hal in yang membuat geram, Kosmariam. Terlebih kata David, pernyataan tersebut tak patut dikeluarkan oleh masakapi penerbangan pemilik gelar The Best Cabin Crew
"Beliau agak emosi melihat tanggapan Garuda. Apakah patut 1,5 bulan terakhir korban tidak pernah dihubungi tentang perkembangan kesehatannya? Apakah patut si korban hanya dipesankan agar menghubungi kembali kalau mau tindakan pengobatan lanjutan?" Tanyanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News