CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.386.000   -14.000   -1,00%
  • USD/IDR 16.295
  • IDX 7.288   47,89   0,66%
  • KOMPAS100 1.141   4,85   0,43%
  • LQ45 920   4,23   0,46%
  • ISSI 218   1,27   0,58%
  • IDX30 460   1,81   0,40%
  • IDXHIDIV20 553   3,30   0,60%
  • IDX80 128   0,57   0,44%
  • IDXV30 130   1,52   1,18%
  • IDXQ30 155   0,78   0,50%

Kontribusi Utang Asia Membengkak, Ini Saran Bos IMF


Rabu, 06 Desember 2023 / 05:20 WIB
Kontribusi Utang Asia Membengkak, Ini Saran Bos IMF
ILUSTRASI. Managing Director IMF Kristalina Georgieva menyampaikan pandangannya saat Working Session 3 KTT G20 Indonesia 2022 di Nusa Dua, Bali, Rabu (16/11/2022). Kontribusi Utang Asia Membengkak, Ini Saran Bos IMF


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi ekonomi global masih mendung. Salah satunya dipicu tren suku bunga tinggi yang berpotensi bertahan selama beberapa waktu ke depan. 

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengingatkan, negara-negara di Asia terancam mengalami pembengkakan utang. 

Sebenarnya ini pun sudah terlihat. “Kontribusi utang Asia ke total utang global naik dari 25% sebelum krisis finansial dunia, menjadi 39% saat ini,” ujar Georgieva dalam AMRO Forum, Selasa (5/12). 

Baca Juga: Di Tengah Ketidakpastian, Pertumbuhan Ekonomi ASEAN+3 Diproyeksi Meningkat pada 2024

Georgieva menjelaskan utang naik, baik itu dari utang rumah tangga, utang korporasi, juga utang pemerintah. Kalau utang pemerintah, salah satunya juga disebabkan oleh upaya pemerintah dalam menjaga daya beli masyarakat saat pandemi Covid-19. 

Dalam menghadapi tantangan tersebut dan agar utang tak lagi membengkak, Georgieva melihat setidaknya ada tiga aksi yang perlu dilakukan oleh pemerintah di regional tersebut. 

Pertama, bank sentral harus hati-hati dalam menaikkan suku bunga acuan. Salah satu fokus utama untuk menaikkan suku bunga acuan adalah untuk menjaga stabilitas harga. 

Baca Juga: Taktik Menata Portofolio Investasi di Tahun Politik ?

Pasalnya, kenaikan suku bunga acuan ini juga akan mencekik masyarakat dan dunia kerja. Ini pun akan mendorong dampak rambatan dan tantangan dari sisi finansial. 

Kedua, negara dengan utang tinggi perlu untuk mengerem utang. Dalam hal ini, kerangka fiskal yang kredibel dalam jangka menengah dibutuhkan. Pun konsolidasi fiskal. 

“Sehingga nantinya anggaran yang ada juga bisa dimasukkan ke dalam belanja yang lebih berkualitas, seperti untuk belanja pendidikan dan kesehatan,” ujarnya. 

Untuk menanggulangi utang publik, Georgieva mengimbau pemerintah untuk memperbaharui hukum, regulasi, dan kalau perlu adanya restrukturisasi. 

Baca Juga: Hadiri Pertemuan IMF-World Bank, Ini Harapan Gubernur BI

Kebijakan makroprudensial masing-masing negara juga perlu membantu, seperti dengan kebijakan loan to value (LTV) yang longgar, sehingga membantu beban utang rumah tangga. 

Ketiga, negara-negara di Asia perlu untuk memperkuat kerja sama multilateral. Ini pun juga menjadi salah satu komitmen IMF, terutama untuk membantu negara-negara anggota dengan utang yang tinggi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×