Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Danareksa Research Institute (DRI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal I 2021 masih berada dalam zona negatif, meski membaik dari kuartal sebelumnya.
Kepala ekonom DRI Moekti P. Soejachmoen mengatakan, pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama tahun ini akan berada di minus 1,03% yoy atau sekitar 1,24% qtq.
“Pemulihan ekonomi berjalan lambat, terlihat dari konsumsi rumah tangga yang menurun karena kebijakan PPKM meski pemerintah sudah memberikan bantuan sosial,” ujar Moekti dalam keterangannya, Selasa (4/5).
Moekti lalu memerinci, PPKM yang diterapkan oleh pemerintah sudah berjalan sejak Februari 2021 dan bahkan kini sudah diperluas menjadi 15 provinsi. Pemerintah memang sudah agresif dalam memberikan bantuan, tetapi masih saja konsumsi rumah tangga bergerak lambat.
Baca Juga: Jokowi: Rencana kerja pemerintah tahun 2022 akan difokuskan pada pemulihan ekonomi
Hal ini juga terlihat dari kinerja penjualan ritel per Maret 2021 turun 17,08% yoy, padahal per Maret 2020 hanya minus 4,46% yoy. Penurunan nampak jelas pada penjualan barang budaya dan rekreasi serta alat informasi dan komunikasi.
Meski begitu, penjualan mobil diperkirakan meningkat tajam seiring dengan relaksasi pajak yang digulirkan oleh pemerintah dalam pembelian mobil baru sejak awal Maret 2021.
Dari sisi belanja pemerintah, Moekti mengapresiasi langkah otoritas yang sudah menyalurkan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan masif. Hingga akhir kuartal I-2021, sudah ada Rp 134,78 triliun atau setara dengan 19,2% dari target Rp 699,0 triliun.
Menilik komponen investasi, aktias investasi masih terhambat karena adanya PPKM. Tak hanya itu, kepercayaan investor masih nampak tipis, seiring dengan tingginya kasus harian Covid-19 di Indonesia.
Baca Juga: Perlukah investor saham mengabaikan ungkapan populer sell in May and go away?
Ini juga terlihat dari penjualan semen yang terkontraksi 17,74% qoq atau terkontraksi 0,23% yoy. Di samping itu, pertumbuhan kredit investasi juga mengalami kontraksi 0,57% qoq atau turun 5,09% yoy, lebih rendah dari total pertumbuhan kredit yang minus 4,00%.
Sementara itu, kinerja neraca perdagangan nampak menjadi pemanis. Pasalnya, pada kuartal I-2021, neraca dagang berhasil untung US$ 5,52 miliar.
Meski memang lebih rendah dari surplus pada kuartal I-2020, tetapi penurunan surplus ini disebabkan oleh impor yang tumbuh lebih cepat seiring dengan peningkatan aktivitas manufaktur karena adanya peningkatan permintaan domestik.
Untuk ke depan, Moekti memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan berjalan lambat, tetapi sudah akan kembali ke zona positif karnea didorong oleh beberapa faktor.
Baca Juga: Pefindo: Penerbitan obligasi perbankan tahun ini akan lebih baik
Pertama, kurva kasus harian Covid-19 yang sudah mulai melandai pada bulan Februari 2021. Kedua, program vaksinasi yang semakin masif. Ketiga, pertumbuhan investasi digadang mampu meningkat terutama di infrastruktur seiring dengan adanya Lembaga Pengelola Investasi (LPI).
“Di tengah potensi yang ada, volume perdagangan bisa saja menurun di kuartal selanjutnya, seiring dengan kasus COvid-19 di India. Terutama, ini akan memengaruhi ekspor CPO karena 17% dari total ekspor CPO menuju ke India,” tandas Moekti.
Selanjutnya: Laporkan hasil kuartal I 2021, sejumlah lini bisnis SCG bukukan pertumbuhan positif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News