kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Komplikasi ginjal, Hasyim Wahid, adik bungsu Gus Dur wafat


Sabtu, 01 Agustus 2020 / 14:04 WIB
Komplikasi ginjal, Hasyim Wahid, adik bungsu Gus Dur wafat
ILUSTRASI. KH Hasyim Wahid, adik bungsu Presiden RI ke-4 Abrudahman Wahid (Gus Dur) yang akrab disapa Gus Im meninggal dunia hari ini, Sabtu (1/8/2020).


Sumber: Kompas.com | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. KH Hasyim Wahid, adik bungsu Presiden RI ke-4 Abrudahman Wahid (Gus Dur) yang akrab disapa Gus Im meninggal dunia hari ini, Sabtu (1/8). Kepastian meninggalnya Gus Im disampaikan pengurus PWNU Jatim, KH Ahmad Fahrur Rozi.

"Iya, benar, Subuh tadi meninggalnya," kata Wakil Ketua PWNU Jatim, KH Ahmad Fahrur Rozi saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (1/8).

Pria yang akrab disapa Gus Fahrur itu mengatakan Gus Im meninggal karena komplikasi ginjal. "Ya, komplikasi ginjal. Sudah cukup lama," kata dia.

Fahrur menjelaskan, siang ini jenazah Gus Im akan diberangkatkan melalui perjalanan darat dari Jakarta ke Jombang, Jawa Timur. Rencananya jenazah akan dimakamkan Sabtu malam.

Baca Juga: Kini di bawah Presiden, ini tugas BIN dan sejarahnya

Dia mengungkapkan bahwa Gus Im diperkirakan tiba di Jombang nanti malam. Selanjutnya Gus Im akan dimakamkan di Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang.

Sosok Gus Im

Dikutip dari Harian Kompas, Minggu (28/5/2000), Hasyim Wahid biasa dipanggil Gus Im. Dia lahir pada 30 Oktober 1953. Gus Im pernah berkelakar, jika terangkut dalam jajaran Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, dia mau memilih jadi Kepala Badan Intelijen ABRI (BIA).

Meski hanya gurauan belaka, teman-teman dekatnya kagum dan menyebutnya sebagai superintel. Hal itu karena sejak zaman Soeharto, dia selalu membagi informasi-informasi rahasia mengenai situasi politik dan ekonomi pada teman-teman dekatnya, yang belakangan banyak terbukti sungguh-sungguh terjadi.

Salah satunya pada peristiwa kerusuhan Mei (13-14 Mei 1998), dia sudah memberi tahu teman-temannya, para pecinta dan pedagang keris di Pasar Batu serta Pasar Tosan Aji Jatinegara untuk mengemasi barang-barangnya.

Ternyata kerusuhan dan pembakaran sungguh-sungguh terjadi dan membawa dampak cukup parah di kawasan itu.
Tapi Gus Im menjadi sedih dan berang saat dirinya menjadi staf ahli di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Itu membuatnya jadi artis dan dikenal banyak orang.

"Dengan menjadi selebriti (tertawa), kerja saya tidak bisa efektif lagi. Selama ini saya efektif melacak, membuntuti, dan memaksa para debitor untuk mau datang dan berunding di BPPN karena saya berjalan di wilayah abu-abu (grey area)," ujarnya.

Baca Juga: Sepenggal kisah Jenderal Hoegeng, satu dari tiga polisi jujur di guyonan Gus Dur




TERBARU

[X]
×