kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Komisi I minta Menteri Luar Negeri serahkan tampuk jabatan


Senin, 20 Juni 2011 / 13:55 WIB
Komisi I minta Menteri Luar Negeri serahkan tampuk jabatan
ILUSTRASI. Logo WHO di markas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa, Swiss, 25 Juni 2020.


Reporter: Dwi Nur Oktaviani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Beberapa anggota Komisi I meminta Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, meminta untuk melepaskan jabatannya.

Salah satunya adalah anggota Komisi I Jefrie Geovanie. Dia meminta, agar Marty bisa bersikap tegas terkait hukum pancung TKW Ruyati binti Satubi. Jika tidak, dia meminta agar Marty mundur dari tahtanya sebagai menteri. "Sebaiknya saudara menteri mundur saja, saya tidak liat keseriusan saudara menteri. Arab Saudi sudah jelas melakukan kesalahan," ujar Jefrie saat rapat kerja dengan Menteri Luar Negeri, Senin (20/6).

Hal serupa dilontarkan Teguh Juwarno yang meminta Menlu secara ksatria bertanggung jawab atas tewasnya Ruyati. Teguh meminta Marty untuk memilih dua opsi. Apakah Marty berniat mengundurkan diri sebagai Menteri atau mencopot Duta Besar RI untuk Arab Saudi.

"Saya meminta pak Menlu bersikap ksatria, berniat mengundurkan diri atau mencopot Dubes RI untuk Arab Saudi," tegas Teguh.

Tak tanggung-tanggung Wakil Ketua Komisi I, Tubagus Hasanuddin juga meminta Menlu untuk mundur. Sebab, kejadian Ruyati itu berlangsung tidak lama setelah Presiden SBY berpidato di ILO (Internasional Labour Organization) lembaga Internasional milik PBB yang mengurusi tenaga kerja dan buruh dunia.

"Pidato SBY betapa banyak mendapat respon positif dan standing applaus. Tapi karya kita yang ditunjukkan kontra produktif dengan pidato bapak presiden. Apa bapak berniat mengundurkan diri, karena beliau (SBY) pasti marah karena kasus Ruyati hanya beberapa hari setelah beliau pidato di hadapan dunia Internasional," kata Tubagus.

Sekadar informasi, Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga, Ruyati, ditetapkan pengadilan Arab Saudi bersalah karena telah membunuh majikan pada 12 Januari 2010. Ruyati medapat hukuman mati dan dihukum pancung pada Sabtu (18/6) kemarin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×