Reporter: Aurelia Lucretie | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komisi I DPR RI dijadwalkan menggelar rapat kerja (Raker) bersama Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) serta Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) pada Kamis (27/6) sore.
Hal ini telah dikonfirmasi oleh Anggota Komisi I DPR RI, Dave Fikarno Laksono. "Rencana Raker dengan Menkominfo dan KaBBSN sore ini," ujar Dave kepada Kontan, Kamis (27/6) pagi.
Dalam rapat tersebut, akan dibahas berbagai isu terkini mengenai digitalisasi. "Semua hal terkait isu-isu terbaru seputar digitalisasi dan dampaknya," tambahnya.
Sebelumnya, Ketua Komisi I DPR RI, Meutya Hafid, menyatakan bahwa pihaknya akan meminta penjelasan dari Menkominfo dan Kepala BSSN terkait serangan siber yang menargetkan Pusat Data Nasional Sementara (PDNS).
Baca Juga: Pusat Data Nasional Diretas, Ada 44 Tenant Layanan Instansi Kena Dampak
Serangan terhadap PDNS 2 telah mengakibatkan berbagai layanan publik milik pemerintah menjadi lumpuh.
Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika, Nezar Patria, menyatakan bahwa pihaknya terus berupaya untuk memulihkan layanan PDNS 2 serta melakukan langkah-langkah mitigasi untuk mencegah serangan di masa mendatang.
"Tentu saja kita tidak akan mudah ditakut-takuti. Kita akan melakukan mitigasi dan penyelidikan, serta tindakan yang diperlukan," jelasnya di Jakarta, Selasa (25/6) malam.
Nezar juga menegaskan bahwa pemulihan akan dilakukan dengan cepat. Dia juga menyebut beberapa layanan sudah kembali normal.
Baca Juga: BSSN Pastikan Serangan Siber di Pusat Data Nasional Hanya Terjadi di Surabaya
"Secepatnya, beberapa layanan sudah pulih, seperti Imigrasi. Kita terus bekerja untuk memastikan layanan publik bisa kembali beroperasi seperti semula," ungkapnya.
Juru bicara BSSN, Ariandi Putra, menyatakan bahwa BSSN masih melakukan investigasi menyeluruh untuk mengidentifikasi sumber serangan dari pengembangan terbaru ransomware lockbit 3.0, yakni Brain Chiper Ransomware.
"Analisis lebih lanjut terhadap sampel ransomware akan melibatkan entitas keamanan siber lainnya. Ini penting sebagai pembelajaran dan upaya agar insiden serupa tidak terulang," ujar Ariandi, Rabu (26/4).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News