kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Keyakinan Konsumen Menurun pada Maret 2022, Ini Prospek ke Depan


Jumat, 08 April 2022 / 16:45 WIB
Keyakinan Konsumen Menurun pada Maret 2022, Ini Prospek ke Depan
ILUSTRASI. Pekerja?menata barang yang dijual. Tribunnews/Jeprima


Reporter: Bidara Pink | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Optimisme konsumen nampak menurun pada Maret 2022. Berdasarkan survei konsumen Bank Indonesia (BI), ini terlihat dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Maret 2022 yang sebesar 111,0 atau lebih rendah dari 113,1 pada bulan Februari 2022. 

Penurunan ini dipengaruhi oleh penurunan Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) Saat Ini dari 95,5 menjadi 93,9 yang dipengaruhi penurunan indeks ketersediaan lapangan kerja, dan Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK) dari 130,8 pada bulan sebelumnya menjadi 128,1 yang dipengaruhi oleh ekspektasi penghasilan ke depannya. 

Kepala ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat, penurunan IKK ini kemudian disebabkan oleh faktor peningkatan inflasi domestik sejalan dengan kenaikan harga-harga barang dan pangan energi, di mana pada Maret 2022 tingkat inflasi tercatat 0,66% mom setelah pada Februari 2022 mengalami deflasi 0,02% mom. 

Baca Juga: Momen Lebaran dan Perbaikan Mobilitas akan Dorong Peningkatan Keyakinan Konsumen

Inflasi pada Maret 202 ini didorong oleh kenaikan inflasi harga bergejolak terutama kenaikan harga kebutuhan pokok. Nah, para konsumen melihat kemungkinan inflasi ini akan berlanjut sehingga ini akan mempengaruhi kondisi kepercayaan konsumen ke depan. 

“Potensi peningkatan inflasi pada tahun ini akan mempengaruhi optimisme konsumen terhadap penurunan ekspektasi penghasilan, sejalan dengan ekspektasi penurunan pendapatan riil konsumen,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (8/4). 

Baca Juga: Ekspektasi Konsumen Terhadap Kondisi Ekonomi ke Depan Menurun

Meski ada faktor tersebut, Josua tetap yakin kepercayaan konsumen masih berada dalam zona optimistis atau indeks di atas 100. Hal ini masih menimbang kondisi penanganan Covid-19 yang makin baik sehingga ada pelonggaran PPKM di berbagai daerah. “Kondisi ini akan mendorong permintaan domestik yang tertahan selama dua tahun terakhir pandemi, atau pent up demand,” tutur Josua. 

Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi optimisme konsumen adalah kebijakan perlindungan sosial pemerintah, terutama bagi masyarakat miskin dan rentan miskin. Seperti contohnya BLT minyak goreng dan perlindungan sosial lainnya. Josua yakin, ini akan menjaga momentum pemulihan konsumsi domestik pada tahun ini dan imbasnya juga pada masih bergulirnya pemulihan pertumbuhan ekonomi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×