Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kewajiban neto posisi investasi internasional Indonesia turun pada kuartal II 2024. Bank Indonesia (BI) mencatat, pada akhir kuartal II 2024, posisi investasi internasional Indonesia mencatat kewajiban neto sebesar US$ 247,3 miliar, turun dibandingkan dengan kewajiban neto pada akhir kuartal I 2024 sebesar US$ 253,9 miliar.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, menurunnya kewajiban neto posisi investasi internasional pada kuartal II 2024 memberikan dampak positif pada ketahanan eksternal Indonesia.
“Penurunan kewajiban neto menunjukkan bahwa utang atau kewajiban internasional Indonesia terhadap aset luar negeri berkurang, yang artinya eksposur risiko terhadap kewajiban eksternal berkurang,” tutur Josua kepada Kontan, Rabu (4/9).
Baca Juga: Kewajiban Neto Posisi Investasi Internasional Indonesia Turun di Kuartal II-2024
Hal ini, dapat memperkuat ketahanan eksternal Indonesia karena penurunan kewajiban neto menurunkan risiko tekanan pada nilai tukar dan meningkatkan kepercayaan pasar terhadap stabilitas ekonomi Indonesia.
Dari perspektif stabilitas sistem keuangan, Josua menilai penurunan kewajiban neto PII dapat memberikan sinyal positif. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perbaikan dalam neraca keuangan internasional, yang pada gilirannya dapat membantu menjaga stabilitas sektor keuangan Indonesia.
Menurutnya, stabilitas tersebut penting dalam menghadapi ketidakpastian global dan volatilitas pasar, terutama karena pengurangan kewajiban eksternal dapat mengurangi ketergantungan pada pembiayaan luar negeri yang berpotensi lebih rentan terhadap fluktuasi kondisi pasar global.
“Sekalipun kondisi pasar keuangan cenderung bergerak dinamis pada kuartal II-2024 namun kondisinya cenderung membaik pada akhir Juli hingga akhir bulan Agustus sedemikian sehingga mendukung aliran modal asing masuk ke pasar keuangan domestik dan mendukung penguatan nilai tukar rupiah,” kata Josua.
Masuknya aliran modal asing dan menguatnya nilai tukar ditopang oleh potensi perlambatan ekonomi AS. Ini terindikasi dari tingkat inflasi yang melandai serta kondisi pasar tenaga kerja yang mulai mengetat sehingga mendukung ekspektasi penurunan suku bunga The Fed.
Selanjutnya: Aneka Tambang (ANTM) Optimistis Bukukan Kinerja Positif pada 2024
Menarik Dibaca: Ada Badai Siklon Tropis Yagi di Sini, Waspada Cuaca Hujan Lebat di Provinsi Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News