kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ketegangan perang dagang berlanjut, pemerintah susun strategi penguatan ekspor


Rabu, 16 Oktober 2019 / 20:16 WIB
Ketegangan perang dagang berlanjut, pemerintah susun strategi penguatan ekspor
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita


Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tensi perdagangan global diperkirakan belum akan berakhir dan menjadi salah satu sumber ketidakpastian terbesar dalam perekonomian dunia hingga tahun depan. 

Indonesia tak terlepas dari sentimen negatif perdagangan global yang bergulir sejak perang dagang mencuat tahun lalu. Kinerja ekspor misalnya, mengalami tekanan karena turunnya permintaan dan lemahnya harga komoditas andalan. 

Baca Juga: Pengusaha industri besi dan baja minta pengawasan impor ditingkatkan

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, ekspor Indonesia sepanjang Januari-September 2019 mencapai US$ 124,17 miliar atau turun 8% dibandingkan periode sama tahun lalu. Ekspor non-migas secara kumulatif juga menurun 6,22% atau sebesar US$ 114,75 miliar. 

Kendati begitu, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita masih optimistis ekspor non-migas Indonesia akan tetap tumbuh pada akhir tahun sebesar 8% atau mencapai US$ 175 miliar.

“Enam prioritas ekspor adalah produk kayu dan furnitur, makanan dan minuman, tekstil dan produk tekstil, otomotif, elektronik, dan produk kimia,” ujar Enggar dalam acara Trade Expo Indonesia 2019, Rabu (16/10).

Di tengah tantangan perdagangan global, Enggar mengatakan, pemerintah telah menyusun sejumlah kebijakan untuk mendorong kinerja ekspor Indonesia. Di antaranya, mengubah fokus ekspor dari produk primer ke produk industri yang lebih beragam dan memiliki nilai tambah lebih besar. 

Baca Juga: Apindo sebut perjanjian IK CEPA dapat memperbesar nilai perdagangan Korea-Indonesia

Selain itu, pemerintah juga berupaya menambah perjanjian-perjanjian dagang secara bilateral dengan mitra dagang utama maupun mitra dagang potensial. Ini sebagai upaya untuk memperluas pasar ekspor Indonesia ke negara-negara non-tradisional.

Perjanjian dagang bilateral dengan Amerika Serikat (AS) ditargetkan bisa meningkat dari US$ 29 miliar pada 2018 menjadi US$ 50 miliar dalam beberapa tahun ke depan. Begitu juga perjanjian dagang dengan Korea Selatan yang ditargetkan menjadi US$ 30 miliar pada 2022, naik dari US$ 20 miliar pada 2018. 

“Dengan China, perjanjian dagang Indonesia sudah mencapai US$ 72,6 miliar pada tahun lalu dan ditargetkan untuk terus meningkat. Sementara dengan India, perjanjian dagang kita targetkan naik menjadi US$ 50 miliar pada 2025,” tutur Enggar. 

Baca Juga: Mulai besok semua produk makanan dan minuman wajib kantongi label halal

Sementara sebagai upaya mendiversfikasi pasar ekspor ke tujuan non-tradisional, Enggar mengatakan pemerintah menargetkan sebanyak 12 perjanjian dagang tercapai di tahun 2020.

Diawali dengan perjanjian Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang diyakini bisa rampung akhir tahun ini dan ditandatangani awal tahun depan. 

“Termasuk dengan strategi Trade Expo seperti ini yang kita harapkan tidak hanya bertujuan mempromosikan Indonesia, tetapi juga merealisasikan perdagangan dan investasi Indonesia dengan berbagai mitra, serta merealisasikan business-matching,” tandas Enggar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×