Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Musim hujan biasanya menjadi faktor sensitif yang menyebabkan kenaikan harga pangan seperti bawang merah dan cabai.
Oleh karena itu ekonom Bhima Yudhistira memperkirakan inflasi pada bulan Maret didorong kenaikan harga tanaman pangan.
Komponen lain seperti ayam, telur justru mengalami penurunan. Bhima memprediksi inflasi Maret 2019 sebesar 0,05% hingga 0,1% secara bulanan, atau 3,06% secara tahunan. "Tekanan dari sisi bahan makanan belum terlalu besar. Kemungkinan April jelang Ramadan baru menunjukkan kenaikan harga," jelas Bhima saat dihubungi Kontan.co.id, Sabtu (30/3).
Inflasi inti juga diperkirakan bergerak rendah. Ini sebagai indikator belum terdorongnya konsumsi rumah tangga seiring faktor musiman. "Saat pemilu dan jelang Ramadan baru nanti kita cek apakah konsumsi rumah tangga naik di atas ekspektasi," jelas Bhima.
Dari administered prices alias harga yang diatur pemerintah belum ada perubahan yang signifikan. Sebab tidak ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan listrik bersubsidi. Bhima melihat ini karena faktor menjelang pemilu. Ini mendorong stabilnya inflasi harga yang diatur pemerintah.
Kendati demikian, tekanan dari sisi transportasi udara masih ada karena bagasi berbayar dan tarif pesawat masih mahal walaupun harga avtur sudah turun.
Tak jauh berbeda dengan prediksi Bhima, Ekonom Center of Reform on Economics Mohammad Faisal memprediksi, bulan ini terjadi inflasi 0,17% secara bulanan atau 2,56% secara tahunan. "Pemicu utamanya inflasi pada sebagian bahan pangan seperti bawang dan cabai serta transportasi udara," jelas Faisal.
Ke depan, Faisal mengatakan masih ada potensi kenaikan harga BBM beberapa bulan setelah pemilu. Didorong oleh kondisi politik dunia seperti target OPEC, penambahan sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran dan kasus di Venezuela. "Ini berpotensi menggiring kembali kenaikan harga minyak," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News