Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Ketua Dewan Pembina Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi mengungkapkan, kebijakan tarif yang diterapkan oleh AS memiliki dampak yang signifikan terhadap perekonomian, khususnya bagi eksportir.
Indonesia turut menjadi salah satu negara yang terkena dampak kebijakan tarif bea masuk yang diumumkan Presiden AS Donald Trump.
Dalam daftar 180 negara yang dikenai tarif bea masuk, AS akan mengenakan tarif impor sebesar 32 persen untuk Indonesia.
Yukki bilang, Indonesia juga memiliki peluang untuk memanfaatkan peluang yang muncul dari kebijakan tersebut, termasuk menjadikan Indonesia sebagai centre of supply chain (pusat kegiatan rantai pasok).
"Meskipun Indonesia mengalami surplus perdagangan dengan AS, dampak perdagangan secara keseluruhan tergolong relatif kecil. Namun, sentimen dari ketegangan perdagangan ini tentu memengaruhi persepsi para pelaku usaha dan kondisi perekonomian nasional," ujarnya dalam siaran persnya, Kamis (3/4/2025).
Oleh karena itu, lanjut dia, pemerintah dan pelaku industri perlu menjaga stabilitas agar dampak negatif dari kebijakan ini dapat diminimalisir.
Yukki mengingatkan pemerintah dan dunia usaha perlu mewaspadai dampak yang mungkin timbul akibat kebijakan tarif Trump ini, termasuk kemungkinan diberlakukannya tarif tambahan.
Baca Juga: Prabowo Siapkan 3 Jurus Hadapi Tarif Impor AS, Apa Saja?
Selain itu, pemerintah juga harus memperhitungkan potensi dampak dari produk ekspor China yang akan mencari pasar baru, termasuk Indonesia, setelah kebijakan tarif impor AS diterapkan.
Hal ini berpotensi menyebabkan banjir impor produk China ke Indonesia dengan harga yang lebih kompetitif.
“Tentunya, ini bisa memengaruhi pasar domestik,” tegas Yukki.
Namun, di balik tantangan tersebut, menurut Yukki, ada peluang besar bagi Indonesia, khususnya dalam bisnis logistik dan supply chain (rantai pasok).
Dengan tingginya tarif yang dikenakan AS kepada negara-negara di kawasan Asia Tenggara, terutama Vietnam, Indonesia dapat menjadi destinasi baru bagi aliran suplai yang sebelumnya mengalir melalui Vietnam.
“Sebagai contoh, produk-produk dari Vietnam yang dikenakan tarif lebih tinggi seperti elektronik, tekstil, sepatu, dan furnitur, dapat beralih ke Indonesia. Hal ini membuka kesempatan bagi Indonesia untuk menjadi hub rantai pasok yang lebih efisien bagi negara-negara yang terpengaruh kebijakan AS,” jelas Yukki.
Dia meminta pemerintah pemerintah perlu segera bertindak dengan memanfaatkan momentum ini.
Tonton: Kena Tarif Resiprokal Trump, Indonesia Siap Bernegosiasi dengan Pemerintah AS
“Upaya yang perlu dilakukan termasuk memperbaiki kemudahan berusaha, mulai dari perizinan hingga logistik dan infrastruktur,” ungkapnya.
Selain itu, penting untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif, termasuk dengan memberantas pungutan liar (pungli), agar Indonesia bisa menangkap peluang dari relokasi usaha perusahaan-perusahaan yang terkena tarif lebih tinggi, seperti yang terjadi di Vietnam, Laos, Kamboja, bahkan Thailand.
Dengan langkah-langkah strategis tersebut, Indonesia memiliki potensi untuk memperkuat posisinya di pasar global, memanfaatkan pergeseran rantai pasok global, dan mengoptimalkan peluang yang ditawarkan oleh kebijakan tarif impor baru AS.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kena Tarif Impor AS, Momentum Indonesia Jadi Pusat Rantai Pasok"
Selanjutnya: 10 Orang Terkaya di Dunia Periode April 2025
Menarik Dibaca: Baik untuk Kesehatan, Konsumsi 5 Buah Ini Setiap Minggu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News