Reporter: Anna Suci Perwitasari, Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemkeu) terus mengeluarkan surat utang baru untuk menutup defisit Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN). Tahun depan kementerian yang bertanggung jawab pada uang masuk dan uang keluar Pemerintah RI ini berencana mengeluarkan instrumen utang baru bernama saving bond.
Seperti juga Obligasi Ritel Indonesia (ORI), saving bond akan menuasar individu masyarakat Indonesia. Namun bedanya, jika ORI adalah instrumen investasi yang bisa diperdagangkan, saving bond tidak dapat diperdagangkan dan bentuknya seperti tabungan karena tujuannya adalah penyimpanan.
Pejabat Sementara (Pjs) Direktur Jenderal (Dirjen) Pengelolaan Utang (DJPU) Robert Pakpahan mengatakan, sampai saat ini DJPU masih mengatur tenor atau batas waktu saving bond. Tenor tidak akan dibuat terlalu panjang karena tidak ditujukan untuk perdagangan "Kita sedang kaji apakah akan dilakukan redemption pada periode tertentu di tahun terakhir," ujarnya, Rabu (27/11).
Tanpa mengatakan berapa imbal hasil atau yield yang ditawarkan, menurut Robert, target penerbitan saving bond untuk tahun depan hanya sekitar Rp 2,5 triliun. Pemerintah tidak menargetkan dana terlalu tinggi karena saving bond adalah instrumen baru. Rencananya instrumen ini akan dikeluarkan pada semester satu 2014.
Dekatkan pasar ritel
Kepala Ekonom Bank Internasional Indonesia (BII) Juniman mengatakan saving bond merupakan alternatif yang cukup baik untuk memperkaya surat utang ritel. Instrumen ini biasa digunakan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS). Bahkan di AS saving bond dapat diperoleh di toko ritel modern seperti 7eleven.
Instrumen ini dianggap positif untuk mendekatkan investor ritel terhadap instrumen obligasi. "Ini pendalaman pasar obligasi kita," katanya. Menurutnya, untuk tahap awal tenor saving bond akan lebih baik di kisaran satu hingga lima tahun. Untuk tahap selanjutnya dan jika sudah dikenal pasar maka tenor bisa dibuat lebih panjang lagi.
Juniman menyarankan agar ke depan DJPU lebih banyak mengeluarkan instrumen-instrumen yang bisa diakses ritel domestik. Hal ini untuk memperkuat daya tahan obligasi Indonesia sehingga tidak terombang-ambing oleh investor asing. Dia mencontohkan di Filipina investor asingnya kurang dari 20% sehingga daya tahan domestik lebih kuat
Selain menerbitkan surat utang saving bond, Kemkeu juga berencana menerbitkan surat berharga negara (SBN) valuta asing (valas) dalam nominasi euro dan yen bernama samurai bond. Pemerintah menjanjikan penerbitan dua instrumen ini terjadi di paruh pertama 2014, berbarengan dengan saving bond.
Menurut Robert, SBN valas dalam nominal euro dan yen perlu diterbitkan karena pemerintah memang perlu melakukan perluasan surat utang. Berapa dana yang ditargetkan untuk euro bond dan samurai bond, Robert masih belum mau mengatakan dengan pasti. "Nanti pas sudah terjadi dikasih tahu," katanya.
Sekadar catatan, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014, total pembiayaan dari penerbitan SBN mencapai Rp 205,06 triliun. Jumlah penerbitan surat utang pada tahun depan lebih kecil dibanding tahun ini. Dalam APBN P 2013 target penerbitan SBN sebesar Rp 231,8 triliun.
Namun jika ditambah dengan kewajiban pembayaran utang jatuh tempo tahun 2014 yang mencapai sebesar Rp 140 triliun, maka Pemerintah Indonesia totalnya membutuhkan utang paling sedikit sebesar Rp 345 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News